Kamis, 08 Oktober 2015

Sajak Sajak Ali Mifka

Ada yang Tak Kunjung Selesai

Ada yang tak kunjung selesai
Dari geliat narasi utopis
Teka-teki hidup demikian akrab
Sekaligus tak mudah dipercaya
Fragmen-fragmen nasib bersilang acak
Seiring menuntut segala sesuatu
Untuk selesai di ribuan awal yang lain
Hidup menyimpan tragedi bunuh diri jutaan jawaban
Dari berbagai pertanyaan yang asing

Kita ringkih, pedih, dan kesetiaan pada akhirnya
Adalah kekhawatiran menerka peristiwa esok hari

Arungi Senyummu

Dan ku arungi senyummu
Di sepanjang senja yang kelu
Aroma tatapmu
Menerjemahkan air mata
Di sela-sela doa yang hangat

Aku hanya menemukan satu jatah langkah
Dalam seribu langkah menemuiu
Itupun hanya ikhlas menatapmu
Namun diantara kertas, pena dan hatiku
Dirimu utuh disini

Dan kuarungi senyummu

Sepanjang keheningan puisi
Yang tergagu menahan rindu kuarungi senyummu

Apa Lagi

Apa yang akan kita ceritakan lagi
Tentang hidup hari ini
Ketika angin terbenam di lembah
Dan bayangan menggigil di ucap malam gelap?
Tak usah kita mengendap-mengusir sungai-sungai
Kita mencintai hidup seperti kehausan mencintai mata air
Sepanjang kita setia pada hidup
Kita masih bisa melupakan angin malam yang dingin
Dan berangkat menuju ke sana;
Ke atas bukit yang belum kita kenal

Kita Hanya Mampu Menjadi Puisi

Kutulis surat ini untuk hatimu
Ketika manusia begitu retak memahami cinta
Riwayat mata kita telah berkarat, saudaraku
Kita tak perlu terus berdusta membiarkan
Air mengalir, membiarkan api menyala
Udara kini adalah napas yang patut kita curigai
Hari-hari kita untuk setia menganyam kesaksian

Kita akan menjadi seribu usia, saudaraku
Yang bicara lewat ziarah puisi
Tentang mereka yang melepuh menyebut luka-duka
Di surau-surau yang dihancurkan para kekasih yang berkhianat
Tetapi kita tak mampu menjahit luka-duka
Kita hanya mampu mengubah pisau-pisau
Menjadi kain kasa dan kapas putih

Kita mampu mencintai mereka, saudaraku
Karena itu membuat puisi kita terjaga setiap malam
Juga malam membuat kita harus menulis bulan
Dan di pagi hari kita menggigil mengusung keranda kemanusiaan

Bacalah, saudaraku…
Luka-duka ini butuh semacam jeda
Sebelum pedih menjawab semua tanda tanya dengan keajaiban
Kita harus mulai menari, saudaraku
Hari ini bukan sekadar sebuah pertemuan
Tetapi puisi jalang yang menegaskan bisik
Kabarkan segalanya menurut hatimu, saudaraku
Aku adalah kematian bagi sejengkal ragu dan takutmu
Bagi luka-duka kita hanya mampu menjadi puisi

Kirim surat untuk kesetiaanku, saudaraku
Jika hari-hari dirayapi sepi
Dalam gelisah, ternyata, kita harus pergi
Untuk ziarah pada setiap jejak sejarah
Dan harus pulang untuk kembali berbenah

Kutulis surat ini untuk hatimu
Ketika dunia begitu tak sesederhana yang kita kira

Puisi Kematian Bulan

Senja di rimba
Lolong adalah runcing bahasa
Yang membidik aum di taring kata

Bulan ditusuk dingin
Terpuruk di lubuk-lubuk cermin
Geram di semak-semak
Dendam di rongga dada

Senja di rimba
Bulan telah mati di sana


Tentang Suratmu

Kepadamu:
Surat-surat yang kaukirimkan
Berserakan begitu saja
Di kesunyian ruang gerakku
Belum mampu aku membacanya
Bahkan satu kata pun

Label:

Senin, 05 Oktober 2015

Menikmati Konser Anatomia Do Grunge



Komunitas pecinta musik Grunge dan Negative Creep Clothing menggelar konser Anatomia Do Grunge di Rossi Cafe Fatmawati Jakarta, Minggu (4/10) hingga larut malam.

Beberapa band Grunge dari berbagai daerah yang tampil antara lain Jangan Syirik, Mati Muda, Sugar Kane, Marigold, Kamar Busuk, Sociology, The Kill, The All Innocent, Wajik, Syndrome Noise, The Northside, Cacat Mental, Backdoor, Toilet Sounds, Shockbreaker dan Coburn.

Ratusan penggemar musik Grunge sudah memenuhi area Rossi sejak siang dengan pakaian kucel khas celana jeans robek, belel, kaus oblong dan kemeja flanel.

Mereka tampak asik menghayati tembang-tembang yang dimainkan band-band yang tampil. Ruangan yang tak begitu luas itu pun gaduh dengan teriakan.

Menjelang malam, band asal Bandung, The All Innocent (T.A.I) tampil setelah Marigold, The Northside dan Cacat Mental. Band T.A.I yang sudah dibentuk sejak 1997 itu menggeber empat lagu yang membuat para pecinta Grunge tak hentinya bergoyang.

Penampian T.A.I memang salah satu yang ditunggu oleh para pecinta Grunge. Gaya manggung sang vokalis, Achill yang liar dan tak mau diam seolah mengisyaratkan ekspresi dan emosi bermusiknya.

Apalagi saat membesut tembang Trilogika yang dimainkan cukup unik dengan menggunakan dua bass sekaligus. Penonton tak mau beranjak dan terus moshing atau head bang sambil berloncatan di atas panggung.

Konser Anatomia Do Grunge memang semacam ajang reuni para penggemar musik Grunge yang dipelopori oleh band-band asal Seattle Amerika, seperti Nirvana, Pearl Jam, Sonic Youth dan lainnya.

Pengaruh musik Grunge itu hadir ke Indonesia era 90-an dan memunculkan event-event dari band Grunge lokal Indonesia baik di Bandung, Jakarta dan daerah lain.

Salah satu band Grunge bentukan era 90-an adalah Shocbreaker yang juga ditunggu-tunggu. Empat lagu yang dimainkan cukup mengobati rindu para penggemarnya. Apalagi saat mereka memainkan tembang Cewe An***G. Hampir seisi ruangan Rossi Cafe bernyanyi bersama.

Semakin malam, konser semakin memanas. Terlebih giliran band-band yang tampil cukup membuat heboh ratusan pecinta Grunge. Giliran band Backdoor memainkan lagu-lagu andalannya.

Muhammad Abdul Qodir alias Dul, vokalis Backdoor langsung menggeber Come AS You Are milik Nirvana. Dul yang juga anak musisi Ahmad Dhani ini diacungi jempol oleh para pecinta Grunge. Dia dianggap sebagai salah satu ikon Grunge Indonesia yang cukup diperhitungkan.

Penampilan Backdoor yang juga memainkan empat lagu semakin menambah suasana konser memanas. Kerumunan ratusan pecinta Grunge menghadirkan moshing yang tak teratur tetapi tetap damai.

Di sela-sela penampilannya, Dul meminta para pecinta Grunge tetap menjaga kekompakan. "Saya minta semuanya solid ya," ujarnya sambil langsung memainkan tembang penutup dari Nirvana, Negative Creep.

Tak berhenti di situ, puncak konser Anatomia Do Grunge dimeriahkan oleh Coburn, band yang tengah naik daun. Empat lagu yang dimainkan Coburn membuat ruangan tak berhenti berteriak mengikuti tembang yang dinyanyikan satu persatu.

Adapun, band penutup konser Grunge tersebut adalah Toilet Sounds. Band ini sudah berkarya sejak 1998 lalu. Band yang digawangi tiga orang ini cukup membuktikan banhwa Grunge akan tetap hidup dan terus akan meregenerasi.

Label: