Rabu, 07 Juli 2021

Selamat Jalan Teh Yuli


 

Teh... Begitu saya biasa memanggil Teh Yuli Suwarni. Saya mengenalnya sekitar 2016 ketika sering main di Depok. Orangnya hangat. Gampang akrab kepada siapapun. Mulai cukup dekat dan nyambung karena kami sama-sama pernah tinggal dan kerja di Bandung. Sama-sama bicara Sunda dan senang menulis.

Teh Yuli adalah sosok yang mengayomi, pandai bergaul dan senang mengajak temannya untuk terlibat dalam kegiatan atau urusan yang sedang ia kerjakan. Saya salah satu yang sering dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang dikerjakannya. Saya selalu senang dipercaya meskipun punya kesibukan sendiri sejak masih kerja di Jakarta.

Entah berapa banyak saya dilibatkan dengan kegiatan yang ia kerjakan. Mulai dari menulis buku, aksi sosial, membantu mengelola platform dari kenalannya di pemerintahan dan juga swasta hingga mencoba merealisasikan mimpi bersama yang belum sepenuhnya terwujud. Sampai detik ini.

Teh Yuli jadi salah satu sosok yang meyakinkan saya berani mengambil keputusan untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba hal-hal baru.

Teh Yuli juga sosok yang perhatian kepada siapapun. Ia selalu 'rewel' menanyakan kondisi kesehatan saya, istri dan anak-anak. Ia tak segan-segan mengirim makanan dan obat-obatan secara tiba-tiba saat saya dan keluarga sakit.

Teh Yuli senang melihat orang lain senang. Tak jarang ia tiba-tiba mengajak dan menyuruh kami sekeluarga bervakansi sekedar melepas penat dari rutinitas harian. Kami menganggap ia sudah seperti sosok kakak, keluarga sendiri, meskipun tak ada sama sekali pertalian darah.

Saya rasa orang lain yang mengenalnya akan sama seperti yang saya rasakan.

Sejak awal kenal sampai sekarang, kebaikannya tak pernah padam. Tetapi selama pandemi ini, intensitas perjumpaan dengan Teh Yuli semakin jarang. Lebih sering melalui daring untuk urusan kerjaan atau sekedar say hi.

***

Rabu, 16 Juni 2021, selepas adzan magrib, sebuah pesan WhatsApp masuk.

"Qadarullah abdi positif Covid. Hasil PCR semalam. Alhamdulillah barudak negatif," begitu isi pesan dari Teh @yulitriss.

Cukup kaget ketika membaca pesan itu. Tapi hilang seketika karena ia masih bisa bercanda. Malah giliran ia yang khawatir ketika saya kasih tau bahwa Kala, anak saya lagi tidak enak badan dan suka rungsing karena lagi disapih. Ia siap-siap mau kirim obat herbal untuk membantu penyapihan.

Pesan di WhatsApp itu menjadi percakapan terakhir saya dengan Teh Yuli sembari ia ‘memaksa’ saya untuk segera divaksin dan sering-sering berjemur.

Awal Juli, saya dapat info, Teh Yuli dirawat di Rumah Sakit Pertamina. Kondisinya menurun. Ia dibantu ventilator beberapa hari untuk membantu pernapasan.

Perasaan mulai gak karuan. Ponsel pribadi yang dihubungi tidak merespons. Saya kontak terus menerus beberapa orang dekatnya, Marissa dan anaknya Zizi untuk mengetahui kondisi Teh Yuli. Kabar baik belum juga terdengar.

Rabu, 7 Juli 2021, banyak pesan masuk. Isinya mengabarkan Teh Yuli sudah dipanggil Allah. Saya dan istri hanya terdiam dan kaget tak percaya. Lebih merasa tak percaya lagi ketika melihat langsung jenazahnya dikeluarkan dari ambulans dan dikuburkan. Air mata yang semula ditahan, akhirnya menetes perlahan.

Inna Lillahi wa inna ilayhi raji'un. Sosok baik itu telah pergi meninggalkan orang-orang yang menyayanginya. Meninggalkan kita semua. Semoga keluarga yang ditinggalkan, Mas Irfan, Zizi, Ludza dan Tera diberi ketabahan.

Selamat Jalan Teh Yuli... Surga menanti.



0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda