Sabtu, 15 Januari 2011

Menggenggam rindu

Seperti perasaan yang ingin kubutakan dalam serpihan melati. Engkau berada dalam titik yang membuatku bangkit. Itu dulu. Kini aku ingin memompa darahku dengan sebatang pipa bor yang berkarat. Menariknya dan tetap menguras kedalam nalurimu. Siapakah dirimu wanita penggoda? Dulu kau tebarkan serpihan
janji-janjimu padaku. Dalam pagi yang bersinar dan malam yang gundah. Ringtone nocturne bermerek Nokiaku sekarang hanya jadi mainan dikala aku menjauh rindu. Oh, sudikah kau menjawab?

Hey, wanita berhidung sempit, malam ini jari-jariku menari dalam sebuah flat yang beradu. Suara berisik dari tetangga menghujamku tepat kedaun telinga. Tapi engkau tetap saja merasa tak bersalah dalam malam ke sepuluh bulan ini. Inikah nuranimu yang menjadi kepingan kehancuran hatiku?

Oh, benarkah angin malam ini tak mendengarku secara baik. Mungkinkah mereka sedang bermain dengan cuaca yang menusuk nadimu. Betul-betul tak ada suara di ponselku akhir-akhir ini tentangmu. Engkau telah melaju pelan menuju penis yang lain. Dikala aku sangat membutuhkan hujan yang menyirami tanah gersang ini. Ya, dengarkan aku perempuan, dengarkanlah secara khidmat dan seksama. Pulanglah kau ke lembah yang menantimu perih.

Aku percaya mentari itu akan tersenyum di pagi yang rendah. Tapi aku sangat yakin jika engkau tengah memendam rindu dalam kepingan hati yang berbagi. Semoga esok air mata habis terurai dari pusat mata airku. Dan engkau akan menjadi kembang dalam pot ku yang belum terisi.

10 October 2009

Label: