Selasa, 05 November 2013

Ada Racun Cinta

Tiga tahun lalu, Yuga Himawan pernah gigit jari ketika berniat memborong kaos yang paling disukainya. Dia menilai Gambar kaos yang diburu sangat unik dan jarang didapat di pasaran. Dia menyesal menunda pembelian ketika kaos tersebut dipromosikan melalui jejaring sosial.

“Saya pikir masih banyak stok yang tersedia. Eh, pas datang ke tempat pameran barangnya sudah habis. Padahal saya mau memborong banyak,” katanya kepada Bisnis.

Kaos yang dimaksud Yuga adalah produk sebuah clothing, Racun Cinta. Unik memang, di tengah menjamurnya clothing dengan nama berbau kebarat-baratan, Racun Cinta seolah menjadi antithesis brand kaos yang ada. Sang pemilik, Bayu Wuri Andhika sengaja menamakan Racun Cinta dengan alasan mudah didengar dan diingat orang. Alasan lain, mereka ingin memberikan virus positif dengan menebarkan cinta untuk manusia dan lingkungan.

Ternyata, pengalaman kehabisan kaos bukan hanya diderita Yuga. Di jejaring sosial Facebook dan Twitter Racun Cinta, banyak orang merasakan hal sama. Tak sedikit para pelanggan Racun Cinta menyayangkan terbatasnya produk clothing tersebut.

Namun, itulah konsep yang sengaja dibuat Bayu. Dia ingin menciptakan trademark sendiri untuk clothing yang dirintis pada 2009 itu bersama istrinya, Nurrani Mustikawati. Dengan membuat konsep limited edition, pelanggan yang dia namakan Petani Kota, akan mempunyai kepuasaan dan kebanggan ketika memakainya.

Bayu masih ingat betul ketika kali pertama menggagas bisnis yang digarapnya. Berawal dari hobi menggambar dan corat-coret di berbagai medium, dia terbesit untuk menuangkan desainnya pada sebuah kaos. “Pertama kali saya membuat kaos dengan desain tangan sendiri. Gak nyangka banyak teman-teman yang suka,” katanya.

Bayu dan Rani, sapaan istrinya, merupakan lulusan desainer grafis di sebuah kampus di Jakarta. Ketika masih duduk di bangku kuliah, keduanya gemar membuat desain. Otak keduanya kemudian jauh menerawang untuk menciptakan bisnis kecil-kecilan. Sebagai langkah coba-coba, mereka membuat dua desain kaos bertema propaganda sebanyak dua lusin. Selepas beredar di kalangan teman-temannya, kaos yang dijual laris manis.

Bakat bisnis yang dimiliki Bayu maupun Rani memang tak seberapa. Keduanya tidak pernah memiliki pengalaman berbisnis sebelumnya. Tetapi, dengan tekad kuat, Racun Cinta akhirnya mulai berproduksi. Pemasaran yang dilakukan awalnya hanya melalui jejaring sosial. Setelah permintaan melonjak, Racun Cinta membuka sebuah toko di bilangan Bintaro, Jakarta Selatan pada 2010. “Toko hanya untuk memudahkan pembelian saja,” katanya.

Kaos produk Racun Cinta tidak diproduksi secara masiv seperti clothing pada umumnya. Alasan Bayu menekuni bisnis ini bukan hanya untuk mencari keuntungan semata. Tetapi ada misi lain yang ingin disampaikan ke publik luas.

Tak heran, jika setiap desain kaos Racun Cinta memiliki tema semangat perubahan, lingkungan, nasionalisme dan cinta budaya Indonesia. Dan, poin penting dari Racun Cinta yaitu desain yang dibuat dengan tangan sendiri. “Saya dan istri senang gambar dan corat-coret. Jika ada waktu luang, kami gambar apa saja di kertas, jika bagus kami perhalus di komputer, lalu dituangkan untuk desain kaos,” katanya.

Produk Racun Cinta terbit sebulan sekali. Jika awal pertama hanya membuat dua desain, kini per bulannya bisa sampai merilis 15 desain dengan masing-masing desain diproduksi 15 pcs. Jika setiap desain habis terjual, Racun Cinta tidak memproduksi ulang. Desain yang dibuat pun tak jauh dari gambar hewan, petani, hingga gambar fenomena keseharian. 

Bayu sendiri tidak memiliki panutan desainer dalam inspirasi menggamabarnya. Dia hanya terinspirasi buku-buku bertema anak yang teronggok di sudut perpustakaan. Terkadang, dia cukup ngobrol dengan orang yang ditemui di jalan. Pedagang, pengemis hingga tukang bangunan merupakan inspirasi dasarnya.

Dari hasil obrolan tersebut, katanya, gagasan untuk membuat desain kerap muncul begitu saja. Kekuatan imajinasi yang dirangkum dalam percakapan dengan orang biasa, sering merangsang otaknya untuk diterjemahkan ke dalam sebuah gambar. Di luar itu, merupakan kepuasaan tersendiri bagi Bayu untuk menyalurkan bakat menggambarnya ke dalam kaos.

Konsep limited edition produk Racun Cinta adalah harga mati. Sekalipun banyak pelanggan memproduksi ulang desain yang pernah dirilis, Racun Cinta tidak akan mengabulkan. Namun begitu, pertimbangan harga yang dijual ke pasar tidak jauh beda dengan clothing lain. setiap produk yang dijual bisa didapat seharga Rp100.000-Rp265.000.

Ekspansi bisnis Racun Cinta bukan hanya di kaos saja. Beragam produk pakaian yang tersedia seperti kemeja batik, syal, hingga topi kini sudah tersedia. Bahkan, di toko yang terletak di kawasan Bintaro Utama J3 No 12 Jakarta Selatan itu menyediakan aksesori. 

Pemasaran

Clothing Racun Cinta memang berkembang dan dikenal luas melalui pasar online. Bayu membagi tugas bersama Rani, sang istri untuk membesarkan usaha. Untuk pembukuan dan pemasaran, Rani diberi wewenang penuh. Bayu sendiri kini lebih menggarap desain dan mengawasi toko. Maklum, setelah bisnisnya maju, Bayu mengajak Yuga, seorang penjaga toko yang dulunya merupakan pelanggan berat Racun Cinta. Sementara, bagian produksi dilakukan di rumahnya yang tak jauh dari lokasi toko. Dia mengajak kerabat dan rekannya yang mahir menyablon dan menjahit.

Konsep unik yang dilakukan Racun Cinta untuk memperkenalkan produknya yaitu dengan musik perkusi. Setiap kali melakukan pameran, Bayu selalu mengajak teman musisi untuk unjuk gigi di tepat di depan booth. “Dengan begitu, lambat laun perkusi menjadi ciri khas kami. Jadi, jika disetiap pameran clothing ada suara berisik perkusi, artiya, di situ kami ada,” katanya.

Bayu mengklaim, strategi pemasaran yang dilakukan sejauh ini ternyata cukup berhasil mendongkrak penjualan. Terbukti, banyak para Petani Kota yang berbelanja baik melalui online maupun datang langsung ke toko. Meskipun tidak terlalu besar, tetapi progress penjualan setiap harinya terus meningkat. Apalagi, paparnya, pada waktu weekend, penjualan bisa naik berlipat dibandingkan hari biasa.

Bahkan, dengan melihat peluang besar tersebut, Bayu berencana membuka cabang di beberapa kota besar. Dia memiliki angan-angan untuk membuka cabang Racun Cinta pertama di Bali. Tetapi, untuk saat ini, niat tersebut masih tersendat oleh beberapa kendala. “Niat buka toko baru pasti ada. Tetapi nanti setelah kami benar-benar matang,” paparnya.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda