Sabtu, 05 Oktober 2013

Terinspirasi Baseoki Abdullah

Para pelukis yang tergabung dalam Komunitas Artventure kembali menggelar pameran kelimanya bertajuk Baseoki Abdullah Inspiration di Museum Basoeki Abdullah, Jakarta Selatan pada 4-10 September 2013. Sebelumnya, komunitas ini memamerkan karya seni rupanya bertajuk Ada Apa Jakarta? Di di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, 21-29 Agustus 2013.

Basoeki Abdullah dikenal sebagai pelukis realis-naturalis. Dia banyak menghasilkan karya bertema tentang kehidupan sehari-hari, alam, legenda, mitos hingga perjuangan. Penciptaan karya Basoeki Abdullah banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial politik pada masanya. Pelukis bergaya nyentrik ini lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 25 Januari 1915 dan meninggal di usia 78 tahun pada 5 November 1993.

Pameran Artventure V dibuka dengan pertunjukan dari Syamsul Rizal, seorang seniman lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Dia memainkan beberapa instrumen melalui alat musik cello pada nada mayor. Para pengunjung mendadak termenung dengan gesekan bow yang dimainkan Rizal. Beberapa instrumen bernada sunyi dan menyayat dari Mozart dan Metallica dibawakan apik selama hampir 15 menit.

Pembukaan pun dilanjutkan dengan atraksi dari pelukis Agusugih. Seniman kelahiran Bandung itu mempertunjukan petikan gitar akustik yang dimainkan laiknya sebuah kecapi. Gitar yang dipetik terdengar chaos tetapi tidak mengurangi harmonisasi nada yang dihadirkan.

Pembukaan pameran dilanjutkan dengan atraksi dari pelukis Sohieb. Dalam tempo kurang dari 20 menit, Sohieb melukis wajah Basoeki Abdullah di atas kanvas secara on the spot. Pengunjung pameran mendadak terpukau oleh ketangkasan Sohieb sore itu.

Tema yang diusung pada pameran Artventure V ini mengangkat Basoeki Abdulah sebagai maestro pelukis Tanah Air. Semangat dan keteladanan Basoeki Abdullah dinilai membawa pengaruh besar terhadap perkembangan seni lukis baik pada zamannya hingga pada saat ini.

Namun, sejumlah karya yang dipamerkan Komunitas Artventure tidak terpaku pada sosok Basoeki Abdullah saja. Para seniman lebih mengedepankan kebebasan dalam proses penciptaan karya. Artinya, keragaman proses kreatif setiap pelukis dinilai sebagai hasil wujud semangat sang maetro.

Lihat saja pada lukisan milik Afrizal, 49, berjudul Tersingkap (80 x 100 cm). Dia menggoreskan kuasnya pada minyak di atas kanvas. Objek yang dilukisnya yaitu seorang perempuan setengah telanjang, dengan hanya mengenakan penutup tubuh oleh kain biru. Afrizal menambahkan latar candi Borobudur sebagai pemikat karyanya. Latar candi yang dihadiran Afrizal seakan ingin memberikan pesan implisit dan daya kejut dalam lukisannya.

Estetika yang dihadirkan Afrizal pada lukisan Tersingkap ini ada pada pemakaian warna. Warna biru mencolok lebih ditonjolkan dengan arsiran warna seperti cokelat, kuning langsat, dan campuran warna lainnya.

Berbeda dengan karya Agusugih berjudul Barong and Passion (60 x 80 cm). Dia lebih memainkan pemilhan warna yang beragam. Lukisan mengambil dua objek perempuan menari sebagai objek utama. Sedangkan ekspresi barong—salah satu kesenian asli Indonesia, dihadirkan sebagai objek bayangan.

Karya peukis yang sempat melanglang buana di berbagai pameran ini dibuat pada 2013. Pemilhan corak warna merah pada kain kebaya perempuan menjadi estetika utama yang ditonjolkan. Sementara warna lain, sekadar dihadirkan sebagai unsur tambahan. Yang lebih menarik, warna merah pada bagian tubuh perempuan seakan sengaja dibuat transparan, sehingga puting payudaranya terlihat jelas.

Sementara pada lukisan Bouqe of Yellow Lily karya Widyo D Soeryo (45 x 60 cm), goresan kuas di atas kanvas yang dibuat pada 2008 ini tampak jelas bergaya naturalis. Corak warna kuning, sesuai judul lukisan terlihat lebih kuat dibandingkan dengan warna lainnya.

Benang merah pada pameran lukisan ini dapat ditemukan pada semangat penciptaan karya. Tema Basoeki Abdullah Inspiration tampak melekat dari setiap gagasan yang diusung setiap pelukis.

Ariana Restu Handari, Koordinator Komunitas Artventure menuturkan dari 23 pelukis, total karya yang dipamerkan sebanyak 30 karya. Perupa yang tergabung dalam Komunitas Artventure berasal dari berbagai kalangan
Antara lain mahasiswa, dosen hingga masyarakat umum.

Dia membentuk komunitas tersebut sebagai wadah kreatifitas para pelaku seni yang tertarik di bidang seni rupa. Komunitas Artventure, kata Ariana, menyatukan suku, bangsa dan keragaman budaya dalam setiap pengkaryaannya.

“Tak ada yang kami bedakan di Artventure. Kami rangkul siapa saja yang ingin bergabung, karena keragaman itulah yang menjadi ciri khas kami dalam berkesenian.”

Tata Sutabri, pemerhati seni dan budaya, menjelaskan setiap karya yang dipamerkan dalam pameran Artventure V merupakan hasil kontemplasi para seniman. Dia mengaku beberapa kali telah mengikuti pameran komunitas tersebut. Namun pada pameran kali ini, lanjutnya, ruh dari Basoeki Abdullah secara tersirat hadir pada setiap karya.

“Saya yakin setiap pelukis yang memamerkan karyanya memiliki kegundahan masing-asing. Tentunya dengan sudut pandang dan keragaman gaya yang berbeda-beda. Di sinilah sosok Basoeki Abdullah hadir tanpa di sadari berupa semangat maupun keragaman bentuk estetika,” ujarnya.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda