Senin, 01 April 2013

Kurang Seratus

Malam ini aku ingin bercerita tentang seorang penjual mie rebus yang hidup sendiri di Ibu Kota.

Aku tak sempat menanyakan namanya. Perawakannya gemuk, tinggi dengan logat bahasa Jawa kental terasa.

Ia datang dari Cilacap. Mengadu nasib pikuknya Jakarta. Memiliki dua orang putra. Satu bekerja di sebuah show room motor. Satu lagi masih duduk di bangku SMP. Suaminya bekerja serabutan di Aceh.

"Kenapa tidak sekalian jual nasi goreng bu?" Kataku mengawali percakapan.

"Capek, kurang tenaga," ungkapnya sambil duduk memperhatikanku makan mie rebus.

Terhitung sudah empat kali aku jajan di warung si ibu. Lokasinya tidak jauh dengan kosanku. Warung sederhana. Berada di samping jalan kecil Karet Tengsin Jakarta Pusat. Warung buka mulai beduk magrib hingga menjelang pagi. Sementara tempat tinggalnya di bawah kosanku. Tak jauh dari tempat jualannya. Ia menyewa kamar kontrakan Rp500.000 per bulan.

Dini hari ini, aku mendadak ingin bercengkrama dengannya. Jam menunjukan pukul 01.00 WIB. Aku memesan semangkuk mie rebus tanpa telor. Dan satu gelas Marimas rasa jeruk.

Aku lihat keringatnya bercucuran. Pagi ini, dia mengenakan kaus hijau dan celana pendek. Ia hidup sendiri di Jakarta. Katanya, dalam sehari ia bisa meraup sekitar Rp200.000-Rp300.000.

"Saya sudah empat tahun jualan di sini. Ini warung bekas. Dulunya yang punya warung jualan di sini. Sekarang orangnya sudah meninggal," katanya.

Tak terasa, mie rebus yang kusantap sudah habis. Aku segera bergegas membayarnya. Tak lupa aku pesan sebatang rokok Djarum Super.

"Jadi berapa bu?" Tanyaku.
"Jadi goceng," katanya.
"Waduh, kurang Rp100 bu, besok aja ya?" Kataku sambil menyerahkan uang Rp5900.
"Ya udeh gak apa-apa!" Timpalnya.

Seketika, aku langsung pulang ke kosan. Di tengah jalan, aku raba-raba saku jeans yang kupakai. Ternyata, memang benar. Uang receh pun sudah raib di kantong celana. Besok pagi, aku harus bergegas cek ATM. Semoga, ada mukjizat turun dari langit.




Miftahul Khoer | Bisnis Indonesia
Phone | 082130812642
Twitter | @mikoalonso
Powered by Telkomsel BlackBerry®

1 Komentar:

Blogger Unknown mengatakan...

aku sedih bacanya a.miko huhu :'(

24 Juni 2013 pukul 20.27  

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda