Sabtu, 30 Maret 2013

Unlucky Saturday

KONDISI keuangan per 30 Maret 2013 hanya menyisakan recehan. Sabtu, pagi tadi adalah tugas yang cukup membuat amuk rasa dalam dadaku.

Betapa tidak, sebelumnya aku dan seorang rekanku ditugaskan pihak kantor untuk meliput diskusi mingguan yang biasa diadakan di Warung Daun, tepat depan Taman Ismail Marzuki. Namun setelah sampai di lokasi, acara libur.

Sesak nafas. Hujan badai. Panas berkecamuk. Itulah yang tergambarkan pagi tadi. Aku dan Peni sebelumnya mati-matian sesegera mungkin datang ke lokasi acara tepat waktu. Tapi apa mau dikata, mereka yang punya otoritas. Mereka yang berhak meliburkan diri.

"Ini kok sepi ya pak?" Tanya Peni kepada salah satu Satpam Warung Daun. "Libur mbak," ucapnya slow, innocent, datar.

Gubrak! Peni menatap mataku. Langsung segera kubalas tatapannya. Perasaan dia seakan runtuh. Gundah gulana menerpa seluruh dadanya.

"Yo wis, kita makan dulu aja Kang Miko," cetusnya sambil pamit kepada Satpam.

BUBUR ayam yang mangkal di depan TIM segera menjadi destinasi berikutnya. Aku dan Peni lekas mencarai posisi duduk untuk menyantap sarapan pagi ini. Dua mangkuk sudah tersedia. Kulahap sesuka hati. Peni, dengan lincahnya menambahkan sambal dan semacam daging penyempurna rasa.

Sabtu ini, bukan hari yang beruntung aku pikir. Di tengah perjalanan ke Warung Daun, sebelumnya aku dan Peni naik angkot menuju halte Busway Karet. Ada insiden menegangkan. Sebuah motor menyalip angkot yang kami lalui.

Sang sopir menekan klakson sekeras mungkin. Si pengendara motor tak terima. Dia turun dan berdebat dengan sang sopir. Aku yang duduk di sampingnya hanya bisa melihat adegan debat itu. Cekcok dan adu mulut memecah jalanan Karet Jakarta. Hilir mudik kendaraan hanya bisa terlihat. Mereka tak berani melerai. Hingga akhirnya, si pengendara motor mengaku salah.

"Saya bilang juga apa, saya tidak salah. Dia yang nyalip kok. Saya ini tidak takut," katanya seolah-olah berbicara kepada semua penumpang. Aku hanya diam mendengarkan.

TAMAN Ismail Marzuki, akhirnya menjadi tempat yang aku datangi. Semoga ada acara yang bisa aku dan Peni liput untuk mengganti tugas yang tak terduga itu.

Sebetulnya, semalam aku sempat menonton pertunjukan film dokumenter Anak Sabiran, Di Balik Cahaya Gemerlapan (Sang Arsip). Membicarakan tentang seorang sutradara dan pelaku film ternama, Misbach: suami Nanny Wijaya. Aku nonton Jumat malam bareng Wike dan Restu, teman saya dari Bandung.

Siang tadi, ternyata ada pameran lukisan di Galeri II, aku dan Peni menyempatkan untuk datang berusaha menulis apa yang didapat. Meskipun pameran berlangsung sejak tanggal 19 Maret. Artinya, hari tadi merupakan waktu terakhir pameran. Akhirnya, pengunjung cukup sepi, hanya terlihat beberapa yang hadir.

Untungnya, untuk mengganti liputan penugasan Sabtu, aku masih punya stok berita Riri Riza dan Connie Sutedja. Berita artis dan perkembangan perfilman berbasis komunitas. Fiuhhhhh...




Miftahul Khoer | Bisnis Indonesia
Phone | 082130812642
Twitter | @mikoalonso
Powered by Telkomsel BlackBerry®

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda