Senin, 12 Mei 2014

Perjalanan Batin Syahnagra

Awal November ini, seorang penyair senior Sapardi Djoko Damono memelototi satu per satu lukisan karya Syahnagra Ismail pada pameran berjudul Indonesia Raya 3-15 November 2013 di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.

Sesekali, penyair Hujan Bulan Juni itu menyimak pemaparan Syahnagra ihwal makna yang terkandung pada koleksi lukisannya. Sapardi tak banyak berkata, dia hanya mengangguk lalu melanjutkan perhatiannya pada lukisan lain.

Pada lukisan Merapi dan Matahari (133 x 87 cm, cat minyak di atas kanvas, 2006), Syahnagra memotret peristiwa yang terjadi kala gunung merapi meletus. Pohon-pohon di bawah kaki gunung tampak gersang dan kering kerontang.

Namun, ada kisah unik ketika lukisan tersebut rampung dikerjakan. Seorang kolega Syahnagra mengatakan bahwa lukisan tersebut tampak menyerupai perempuan cantik. Lekuk tubuh perempuan terlihat dari perpaduan antara garis tengah gunung Merapi sebagai wajah dan pohon yang melambangkan kaki perempuan. Padahal dia sendiri tak pernah terlintas sedikit pun melukis bayangan perempuan.

Dia mendapatkan tafsir lain atas pemaknaan lukisan tersebut. Dalam benak Syahnagra, meskipun perempuan sering dipandang sebagai mahluk lemah, tetapi keberadaanya tetap harus diwaspadai. Perempuan pun bisa murka ketika marah laiknya gunung Merapi yang meletus.

Sepintas, sejumlah lukisan Syahnagra yang dipamerkan tampak seperti cara bagaimana anak kecil menggambar coretan di atas kertas. Dia menggoreskan kuasnya dengan banyak memunculkan aneka warna dengan garis seadanya.

Namun, lebih dari itu, pria kelahiran Teluk Betung, Bandar Lampung 60 tahun silam, tentunya memiliki pengalaman batin tersendiri setiap dia melukis. Karya-karya yang diangkat pada pameran kali ini memuat perjalanan panjang hidupnya menjelajahi Indonesia.

Dia sendiri menggemari travelling ke berbagai pelosok daerah di Tanar Air, bahkan ke beberapa negara yang dia anggap menarik untuk dikunjungi. Maka tak heran jika imajinasi yang tertuang kerap menceritakan sebuah tempat yang disinggahi. Dia merekontruksi citraan yang berseliweran dalam otak kreatifnya pada sebuah lukisan. "Terkadang saya melukis di tempat. Kadang pula [melukis] di rumah sepulang dari perjalanan," paparnya.

Satu lukisan berjudul Rumah di Tanah Abu-abu (185 x 145 cm, cat minyak di atas kanvas, 2013) misalnya, Syahnagra mencoba memotret kembali pengalamannya ketika berkunjung ke Papua. Dia bersama warga sekitar membangun rumah di atas lumpur yang membuat hatinya terenyuh dengan kondisi menghawatirkan tersebut.

Padahal, jika dicermati dengan seksama, lukisan ini tidak secara gamblang menjelaskan citraan lumpur seperti yang dijelaskan. Namun, bagi pelukis, setiap cat yang digoreskan tentu memiliki makna yang tersimpan.

Beberapa ciri khas yang ditampilkan dalam setiap lukisannya bisa dilihat dari objek gambar kapal, pohon dan angkasa. Pemilihan objek-objek tersebut tentunya merupakan kerangka dasar pelukis ketika berproses untuk melukis.

Maka, pada karya-karya Syahnagra yang dipamerkan, akan banyak ditemukan lukisan yang hampir bertema sama, seperti misalnya pada Kapal Putih dan Langit Pajar (150 x 70 cm, cat minyak di atas kanvas, 2013) dan Dialog di Pelabuhan (240 x 80 cm, cat minyak di atas kanvas, 2012). 

Sementara, Syahnagra juga konsen dengan gaya naturalnya mengemas lukisan bertema alam yang terkadang dibuat abstrak dan penuh multi tafsir. Ini bisa dilihat dai lukisan Taman Raja-raja (150 x 70 cm, akrilik di atas kanvas, 2012), Pohon Merah Jambu (185 x 148 cm, akrilik di atas kanvas, 2013) dan Pohon Menari (185 x 145 cm, akrilik di atas kanvas, 2013).

Kurator Sri Warso Wahono, dalam katalognya mengatakan pameran lukisan Syahnagra berusaha menyampaikan gagasan tentang Indonesia Raya dengan beragam cerita dan sudut pandang. Syahnagra dinilai mampu menguasai kepekaan lingkungan melalui perjalanan yang telah dilakukan. "Dengan kendaraan yang biasa ditungganginya, Syahnagra sudah siap bertualang memperdalam ilmu pedang dan kedigdayaan lweekang yang lebih dahsyat dari saat ini."

*Bisnis Indonesia Weekend

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda