Senin, 12 Mei 2014

Membaca Karakter Klowor

Setiap pelukis memiliki karakter tersendiri dalam pencapaian sebuah artistik. Karakter itu melekat kuat dalam setiap karya yang dihasilkan melalui pengalaman sang pelukis.

Lukisan Klowor Waldiyono dalam pameran tunggal bertajuk Colour(s) of Klowor digelar pada 18 November-8 Desember 2013 Kemang 56 Gallery, Jakarta Selatan penuh dengan identitas pelukis. Pengunjung akan langsung menangkap karakter setiap karya Klowor dari karya yang dipamerkan.

Klowor lahir pada 1968 di Yogyakarta. Khalayak mengenal sejumlah karyanya bertemakan tentang kucing. Dia merepresentasikan kucing sebagai subjek. Kucing bisa dia gambarkan sebagai idiom atau metafora dalam berkeseniannya.

Dua ekor kucing berwarna merah dengan tubuh manusia saling berhadapan. Keduanya digambarkan tengah bercengkrama laiknya sepasang kekasih. Begitulah Klowor melukiskan keindahannya pada lukisan berjudul Dialog Asmara (35 x 35 cm, acrylic on canvas, 2005).

Pada lukisan Homesick (40 x 30, cm, acrylic on paper, 2005), Klowor menggambarkan dua kucing betina berpakaian seksi. Kedua wajah kucing itu seoalh menyimpan rindu akan kampung halaman. Keduanya membayangkan rumah yang pernah ditempati bersama.

Sementara pada lukisan Honeymoon (90 x 90 cm, acrylic on canvas, 2013), Klowor menciptakan keindahan goresan kuasnya dengan sepasang kucing bersayap. Dalam lukisan ini, pelukis juga membubuhkan arsiran bunga, kumbang dan taman penuh warna.

"Kenapa hampir di setiap lukisan bertema kucing? Karena dari kecil saya suka memelihara kucing. Mungkin ini yang melekat dalam penciptaan karya saya," kata Klowor kepada Bisnis saat ditemui seusai pembukaan pameran.

Pameran tunggal Colour(s) of Klowor memamerkan sekitar 49 karya. Tentunya, Klowor memajang sejumlah lukisannya dari beberapa tahun pembuatan sejak era 2000. Dari periode tahun tersebut, terasa kuat perkembangan pencapaian artistik pelukis, terutama dalam pemilihan warna yang dia pakai.

Jika dicermati, lukisan yang dibuat pada tahun 10 tahun ke belakang, sebagian karyanya masih berkutat dengan hitam-putih dan monochrome. Sementara, tiga tahun belakangan ini, dia lebih cerdik memperluas tema dan memperkaya warna dalam goresan kuasnya. Warna tua dan muda mendominasi pada sejumlah karya yang diproduksi era 2013.

Karina Nugroho, pencinta seni mengatakan kekagumannya pada keindahan lukisan Klowor. Dia menilai karya-karya Klowor memiliki simbol dan karakter yang merepresentasikan kehidupan. Kucing sebagai tokoh sentral, katanya menjadi ciri khas pelukis dalam menarasikan artistik karyanya. "Saya kenal Klowor sejak 2011 saat pameran tunggalnya di Bentara Budaya Yogyakarta. Sejak saat itu saya suka karya dia," paparnya.

Namun, Klowor sendiri tampaknya hendak menciptakan identitas baru. Dia berusaha memberanikan diri meninggalkan karakter kucing dalam lukisannya. Yang saya cermati, dalam karya terbarunya lebih menonjolkan kebebasan ekspresinya menghadirkan subjek manusia sebagai sentral.

Pada lukisan Keliling Dunia (150 x 150 cm, acrylic on canvas, 2013) misalnya, tak ada sama sekali kucing. Bahkan, Klowor tampak menghadirkan nuansa baru seperti burung, ikan, pohon hingga arsitektur, dan tentunya pewarnaan yang kaya.

Lukisan lain bisa dilihat pada Binatang Purba I dan Binatang Purba II yang masing-masing berukuran 90 x 90 cm, bermedium acrylic on canvas, 2013. Kedua lukisan tersebut benar-benar penuh dengan warna. Klowor lagi-lagi membubuhkan pohon sebagai sentral kedua dalam penciptaan karyanya.

Maka tak heran jika pemerhati seni rupa, Kuss Indarto mengungkapkan dalam katalognya bahwa pameran tunggal ketiganya ini seperti sebuah 'perpisahan’ Klowor dengan kucing. "Apakah Klowor ingin membebaskan proses kreatifnya dengan merambah sekian banyak tema dan teknik yang kaya akan warna?" ujarnya.

*Bisnis Indonesia Weekend

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda