CIBIRU
satu bunga yang kucium setiap menjelang tidur
mengantarku pada mimpi yang gaib. di atas ranjang,
aku seolah menatap atap yang patah,
mendekap tanah, kolam dan pohon kamboja.
malam menjelma gerimis
datang seumpama wujud malaikat penggenggam hujan.
jalan raya tergusur ilalang yang penuh aspal
dan bau tandus. di pinggir trotoar, kini tak ada lagi
daun berguguran. air mata cibiru adalah air mata orang-orang
yang menangis membawa peti mati
ke atas bukit pejalan kaki. sawah dan ladang
bermuka durja ketika senja berakhir dalam do’a
shubuh yang tak lagi menggema
2010
Label: Sajak Sajak Tengil
0 Komentar:
Posting Komentar
isi komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda