DI BATAS KOTA
di sepanjang trotoar aku menemukan tubuhmu tanpa nama
wajah yang lusuh tersapu debu jalanan
kau berucap dengan nafas yang bertikai
pada suatu masa yang sempat terbakar
ketika bercak darah menggumpal
sepasang bola matamu hendak mengabarkan peristiwa
tentang pertikain luka sejarah yang tercecer
di batas kota dan museum prahara
kotaku adalah mukjizat yang terkubur
hartaharta yang terbakar tak bisa
dijadikan obat penawar kebahagiaan
ketika kugenggam segumpal tanah
kutemukan isyarat yang harum akan bau sorga
pada abad yang hadir di tengah kota yang penuh kerikil
27.02.2011
Label: Sajak Sajak Tengil
0 Komentar:
Posting Komentar
isi komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda