Rabu, 09 Februari 2011

Bengis Tapi Romantis

Ini pagi di hari selasa, matahari terasa sejuk ketika aku terbangun. Kicauan burung pipit terdengar di belakang sekre yang sebentar lagi akan tergusur. Rumput dan dedaunan terlihat tegak walau ini musim tak berhujan lebat. Dan tentu saja irama explotion in the sky sengaja aku putar agar hati tak terlalu gemetar.

Sahabatku, pertama kali aku kenal dirimu ketika kau kelas satu aliyah dan aku tentu saja sudah kuliah. Kau selalu memakai celana pendek mengendarai vespa yang kini sudah dikutuk menjadi minerva. Lantas dimana sekarang si bedebah kharisma, mengapa berganti menjadi vega? Ah, alangkah bahagianya bisa berkenalan dengan dirimu meskipun dalam hatiku kau adalah tipe orang yang sok kenal sok dekat. Tapi biarlah itu menjadi ciri khasmu yang melekat.

Sahabatku, kadang-kadang aku ingin bersedih tapi kadang pula ingin tersenyum. Tentu saja perihal segala curahan hatimu. Tentang segala gundah gulana yang berkecamuk dalam jiwa. Tentang rasa, suka atau bahkan prahara cinta segitiga yang kau lalui bersamanya.

Sahabatku, sesungguhnya aku tak mengerti perihal alur kisah cintamu dengan artis panggung itu. Putus nyambung yang kerap merubah mukamu menjadi murung. Lalu kau mengejek dirinya habis-habisan dan tak lama kemudian kau hanyut dalam ingatan.

Sahabatku, mungkin ada waktu dalam jarak yang bisa membuat hatimu tak lagi retak. Dengan hadirnya wanita baru, meski jauh dimata namun dekat di kata. Kau mendadak jadi manusia puitis, filosofis, bengis tapi romantis. Kau ketik setiap hari dengan jutaan pesan yang kau alamatkan padanya. Tak ingat pagi, lupa siang, bahkan malam.

Sahabatku, kau yang sudah tahu rumus dunia dan taktik bercinta. Kini, kau lalui sebuah hubungan alur jarak jauh yang terealisasi dalam facebook ataupun sms. Bahkan rencana menikah muda pun sempat kau sematkan dengan gadis long distance itu dengan penuh gairah. Pantesan saja kau koleksi video dewasa 30 giga. Dari mulai Maria Ozawa sampai produk lokalan kau tampung dalam laptop yang penuh dosa.

Sahabatku, kau yang pandai mengunduh video dangdut sebagai referensi atraksi permainanmu kelak. Membuatku merasa bersalah ketika tak sengaja aku melihatnya dengan rasa gundah. Aduhai sahabtku, aku memang tak begitu mengerti denganmu, dengan sistem otakmu yang kadang enerjik, dealiktik bahkan mungkin picik.

Sahabatku, kini aku tahu tentang jejak langkah hidupmu. Kisah cinta yang rumit yang kadang aku bosan mendengarnya. Tapi kini aku bahagia sahabatku, semua ratapan yang dulu hinggap dalam setiap gerakmu kini seolah lenyap dengan kedewasaan berfikirmu. Kau yang selalu pergi kesana kemari untuk mempertajam ideologi. Kau yang selalu beretorika walau hanya sebatas membaca kata pengantar dan kesimpulan. Tapi sekali lagi aku bahagaia tentang semua itu.

Sahabatku, sekarang aku sadar dan mengakui bahwa hari-hari kita tak mungkin lagi terus bersama. Jalan kita sudah jelas tak lagi satu langkah. Alur hidup kita sudah tentu banyak rupa. Namun terimalah wahai sahabatku, walau kita satu agama, tapi mungkin tuhan memberikan tempat berbeda pada kita berdua. Aku masuk surga dan kau ke neraka.


25 januari 2011

1 Komentar:

Anonymous Fifit mengatakan...

Romantis tapi Bengis!....Wkwkwkwkkwkwk...! Two Thumbs for you, sir!

10 Februari 2011 pukul 17.51  

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda