Rabu, 09 Februari 2011

Sudahlah Saya Suka Seperti Itu

Mama, saya bosan seperti ini. Aduh sial, tembakau habis lagi. Tolong bawakan saya secangkir kopi. Matahari sudah redup. Jemput saya di tempat biasa. Kamu kemana saja. Saya tunggu tidak datang-datang. Ah, hape saya lemah. Musik ini tidak enak pula. Saya ganti saja sama Nirvana. Saya pingin jingkrak-jingkrak. Hey, diam kalian bodoh. Suaramu sumbang sekali. Saya tau kalian cantik dan lucu. Sudahlah lebih baik saya minum obat. Tapi saya tidak sakit. Oh tidak, kamu dimana sih. Saya kangen sekali. Dasar, perempuan tidak tahu diri. Selamat tinggal (sayang).

Saya pingin baca buku. Buku apa itu. Tidak ah. Sepertinya tidak ramai. Oh, bukankah kamu sudah pergi? Sini saya bilangin, kamu bau. Ini obeng siapa? Kenapa ada di atas CPU? Nanti kalau masuk angin bagaimana? Oh iya, kamu sudah pergi ke neraka belum? Kasihan sekali kamu! Jangan-jangan kamu bawa pistol bapakmu. Kamu kan bukan anak polisi. Saya bagi duit dong. Saya mau baca Koran hari ini. Oh begitu. Ya sudah saya jala-jalan saja. Saya muak dengan kamu. Kamu juga harus muak dengan saya. Saya kan sudah membuat kamu tidak nyaman dan menyesal. Saya juga lebih menyesal. Saya mau kamu pergi selama-lamanya. Coba kamu mendekat. Saya tampar kamu. Kamu seperti piala bergilir saja. Oh, maaf saya lancang. Tapi saya mau congkel mata kamu. Kenapa kamu tidak mengizinkan saya?

Saya sudah mandi lho. Pasti kamu tidak percaya. Memang betul ini hari Jum’at. Hari ke tujuh di Januari dua ribu sepuluh. Waktu malam tahun baru, kamu kemana? Dasar bego. Saya kan di rumah sendirian. Nonton Spiderman. Pasti kamu capek ya? Bodoh sekali kamu. Padahal dulu saya banyak rokok. Minum teh hangat. Indomie goreng. Korek juga ada. Tapi waktu itu saya pinjam korek kakak saya. Dia kan baru pulang dari kerja. Hey, kamu ingat tidak. Waktu saya cium kening kamu. Waktu saya cium pipi kamu. Kamu marah sama saya. Tapi saya tahu. Kamu pura-pura. Saya cium lagi pipi kamu. Dan akhirnya, kamu sendiri yang cium bibir saya. Kamu malu-malu kucing waktu itu.

Sekarang bibir kamu mana. Siapa sekarang yang berani mencuri bibir kamu itu. Aduh, saya menyesal lagi. Kenapa harus saya duluan yang cium kamu. Padahal kamu tidak cantik. Sudahlah lupakan saja. Ngomong-ngomong, nomor ponsel kamu berapa. Saya lupa hapus nomor kamu. Eh, maaf, waktu itu saya sengaja menghapusnya. Habis kamu seperti setan. Mengganggu saya terus. Sudahlah kamu diam saja di sana. Saya lebih senang seperti itu. Sekarang saya lagi dengerin musik rock lho. Kamu kan tidak suka musik rock. Kamu juga benci sama asap rokok. Hahahaha… dasar bego. Rokok itu asset terbesar di negeri kita bodoh. Jadi kalo saya tidak merokok, Indonesia bakal miskin. Kamu sendiri kan tahu saya miskin. Dan saya tahu itu alasan kamu menjauh dari saya. Oh, ya, maaf sekarang saya harus mandi lagi. Di luar dingin sekali. Saya tak peduli.


-7 Januari 2010-
-18:15- (mendidih)

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda