Rabu, 19 Mei 2010

Ada Sesuatu di Hidung

.::Cerita Jurnalis Kampus Gagal::.


Haduh ada yang panggil-panggil saya, menyuruh saya segera datang ke Suaka. Itu adalah Ikmah. Ada apakah gerangan ia menyuruh saya ke situ? Itu lho sms-nya bikin geregetan kaya lagunya Sherina. Itu sms provokatif banget. Ya, semacam propaganda gitu. Lihat nih:

“cpt k Suaka iQ N Tina ada perlu” Tuh kan bikin saya penasaran. Emang sih dia suka kaya gitu. Suka sms geje kaya gitu dan riweuh gak karuan.

“ukeh…ukeh.” Kata saya.
“cepetan.” Balesnya.
“lagi dijalan.” Tipu saya.

Wow, hujan belum juga reda, tapi saya penasaran apa yang terjadi di Suaka. Baiklah saya berangkat saja. Ambil kunci dan mencoba tancap gas walau susah.

“kamana?” tanya mama.
“kampus.”
“dijaket, dihelm.”
“enya.”
“dihelm meh teu migren deui.” Teriak Mama lagi.

Saya ambil helm si hijau. Helm yang biasa dipakai si Kurt Cobain. Betul, betul sekali, si Cobain terlihat lucu kalo pake itu helm. Berasa pengen nyubit terus menerus. Haduh selah motor susah banget. Saya kocok terus, terus dan terus ampe itu motor ngagerung. Ngeng…ngeng…! Kira-kira lima menitlah baru itu motor nyala. Jarak rumah ke Suaka pun Cuma lima menit. Tak lama kemudian sampailah saya di Suaka.

Aduh recok banget deh di Suaka. Sudah lama saya tidak ke situ. Eh, tapi kemarin hari minggu saya ke Suaka ding. Gak ada siapa-siapa, Cuma ada Tina yang lagi ikutan pelatihan wirausaha di SC. Dan suasana mulai mencair. Satu persatu saya salamin walau gak semuanya. Tapi ternyata Ikmah biasa saja ketika saya datang. Malah dia lagi asik ngobrol sama Indra. Huh sialan. Terus ngapain atuh saya di sms suruh ke sini. Gila !

Oh iya, ada Yane di situ. Juga Ratih. Juga itu siapa lagi saya lupa namanya. Ada Helda juga yang nyelonong gak karuan. Ujug ujug gitu deh.

“a miko tolongin Helda bikin SKTM.” Dia berkata.
“iya entar di coba.” Kata saya padat.

Saya duduk deket Yane dan sedikit menggodanya. Dia hanya senyum-senyum saja kaya gitu. Karena dia tuh keliatannya pendiem orangnya. Di kursi juga Ratih duduk duduk gitu sambil baca Gerak. Oh iya, Gerak ternyata sudah terbit. Bagus, bagus deh saya senang bacanya. Asik asik. Oh Ratih berkata, katanya hasil polling yang di adakan kemarin buat Fresh ada masalah katanya. Gak tau hilang gak tau apa saya lupa lagi.

Di ruang sebelah ada Fikri, ada Riza ada juga Femi. Mereka sedang curhat tentang masalah cinta rupanya. Betulkah masalah cinta? Mudah-mudahan betul, karena lihat mimik mukanya Femi itu memancarkan raut yang sedang jatuh cintrong gitu. Oh betul-betul Suaka penuh cinta. Asik asik saya senang. Kembangkanlah man !

Terus, Yane, Ratih dan yang satunya lagi, oh ya, Nia namanya saya baru inget, mereka pamit pulang dari Suaka. Mereka itu anak-anak magang yang kelihatannya pada rajin-rajin dan sangat potensial sekali. Mereka itu pada cerdas-cerdas dan semangat pula. Asik asik. Kembangkanlah.

Itu di dinding rupanya masih menempel cermin. Sudah lama saya tidak mencerminkan diri itu di cermin ajaib. Astaga ! ada sesuatu di hidung, haduh masa Alloh, jadi, dari tadi mereka yang ada di Suaka melihat sesuatu itu yang ada di hidung saya itu? Oh, sungguh keterlaluan sekali mereka, iya, kenapa mereka tidak memberi tahu saya sebelumnya, bahwa ada sesuatu di hidung saya, ketika saya sedang ngobrol-ngobrol sama mereka. Uh benar-benar tidak kritis mereka itu. Harusnya mereka itu berkata:

“a miko itu di hidung ada korong kecil.” Iya, setidaknya mereka berkata begitu daripada mereka itu underestimate sama saya. Huh sialan ! Oh, Yane, Ratih dan Nia belum benar-benar pulang. Mereka sedang pake sepatu rupanya. Saya hampiri mereka. Saya berlagak marahin mereka.

“hey kalian tuh gak bilang sih kalo ada korong di hidung saya.”
“ih aku mah gak tahu.” Kata salah satu dari mereka. Entahlah apa mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu. Wallahu a’lam bissawab.
“hahaha... “ mereka tertawa nikmat.

Terus saja mereka nertawain saya seperti yang senang sekali. Saya juga ikut-ikutan ketawa gitu. Ah saya keluar saja, berniat mencari Kopma, mudah-mudahan Kopma tidak hilang, dan iya, emang tidak hilang, tapi saya tetap mencarinya. Mereka mengikuti saya dari belakang tapi tidak ikut masuk ke Kopma, walaupun ikut ya biarin saja, saya gak akan traktir mereka, toh mereka juga gak akan traktir saya. Okelah kapan-kapan kita saling traktir yuk !!

“a miko kita pulang ya.”
“iya.”

Saya masuk ke Kopma. Oh rupanya posisinya sudah berubah. Kopma agak sedikit luas sekarang. Hujan masih saja belum reda. Di situ saya memandang ke mesjid, ternyata di terasnya masih banyak orang dan pasti mahasiswa. Ada yang hotspotan pula. Biarinlah kan laptop mereka jadi saya gak usah melarangnya, kan saya bukan rektor, kalo saya jadi rektor pasti saya akan melarang mereka hotspotan, dan kalian jangan tanya kenapa saya akan melarang mereka. Saya kan rektornya, bebas melarang siapa saja.

“teh, super dua.” Saya kasih uang ke kasir, penjaganya wanita, saya gak tahu namanya, gak penting.

Ya sudah, saya langsung keluar lagi, karena ngapain lama-lama di Kopma, kan saya bukan pegawainya. Sudahlah saya mampir dulu ke warnet, Cuma masuk doang, Cuma stor wajah saja sama Dini yang jaga itu warnet. Oh dia lagi sibuk, saya keluar lagi deh, balik lagi ke Suaka. Aduh mereka itu: Fikri, Riza, Femi dan Helda sedang masih curhat saja. Ya sudah saya ambil saja ini catatan dan mencorat coretnya lagi sambil sms si Kurt Cobain.

“aih, rajinnya dirimu !! ni ada hadiah untukmu !! “
“hadiah apa ? mau mau :-) “
“ni ambil.“
“:-(“
“haduh, entar malem saya kirim“

--tak ada balesan lagi—

Suaka 22.03.2010 (22:14) –sendirian lagi, duh!-

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda