Rabu, 19 Mei 2010

Si Teteh dan Al-Asbun


.::Cerita Jurnalis Kampus Gagal::.


dalam suatu sore yang tidak hujan, saya baru saja pulang dari sebuah toko buku yang namanya Tobucil. saya ke sana berdua sama teman saya yang ganteng dan keren yang waktu itu dia, teman saya itu yang bernama Godi itu membawa tiga buah tas gendong. hari itu Godi terlihat berabe sekali dengan tas bawaannya, dan tas bawaannya itu isinya adalah macam-macam barang yang harus dibawa kerumahnya setelah dia pindah dari kosannya.

setelah meninggalkan Tobucil, saya ajak Godi mampir ke sebuah toko buku lagi, kali ini namanya Rumah Buku. kalian harus yakin bahwa Rumah Buku itu tempat jualan buku, dan saya sudah sampai di sana dalam waktu dekat. setelah Godi memarkirkan motornya, saya langsung masuk ke toko itu. melihat-lihat apa saja buku yang ada. ternyata banyak sekali buku di situ. saya jadi ingin beli semua buku yang ada di situ. tetapi nasib berkata lain. uang saya gak cukup untuk membelinya.

rak demi rak saya jelajahi untuk mencari buku yang saya inginkan. dalam hati yang paling dalam saya teringat bahwa hari ini saya ingin beli buku Al-Asbun. penulisnya adalah Pidi Baiq. katanya dia seorang haji. haji yang baik. haji yang suka ngasih uang kepada orang yang dia mau.

setelah sedikit lelah mencari apa yang saya cari, tapi ternyata belum ketemu juga. jadinya saya menghampiri penjaga toko yang mungkin sedang mengecek barang di sebuah katalog yang sudah menggunakan komputerisasasi. saya berdiri di sampingnya. dia masih juga sibuk dan sedikit menyapa saya tanpa melirik wajah saya.

"Iya?" dia buka percakapan.
"teh, ada buku Al-Asbun?" saya tanya. dia sedikit termenung. mungkin asing.
"coba cari A !" perintahnya sambil memberikan Mouse katalog untuk saya cari sendiri.
"ini ada teh, stoknya 19 lagi," kata saya pada dia.

yang jadi heran si teteh penjaga itu, kenapa Al-Asbun tidak terdaftar di rak-rak buku. kalo buku yang lainnya pasti ada nomor raknya yang dapat memudahkan si pembeli dapat langsung mencari di mana ia harus cari. tapi buku ini tidak. si teteh terus buka percakapan lagi.

"novel A?" dia nanya lagi. saya sedikit bingung jawabnya.
"iya teh." jawab saya.
"sebentar ya saya cari." kata dia sambil pergi ke rak bagian novel. saya ikuti dia.
"ada gak teh?"
"harusnya ada di sini," kata dia sambil mencari. saya di pinggirnya.
"masih di gudang kali teh." kata saya.
"enggak kok, barusan saya di gudang, gak ada."
"mungkin ketumpuk teh," kata saya.
"pokoknya harus ada teh, kalo gak, saya pasti dimarahin," bentak saya sedikit menakutinya.
"disuruh A?" dia malah bertanya.
"iya, orang yang nyuruh saya galak," kata saya senyum sendiri.

mendengar statemen saya seperti itu, si teteh penjaga yang manis dan enerjik itu mendadak jadi lebih semangat untuk mencari apa yang saya cari tadi. juga si teteh mengabaikan pekerjaannya yang tadi sedang mengecek barang tadi. si teteh penjaga pindah lagi ke rak yang lain. saya juga masih membuntuti si teteh penjaga itu. si teteh dengan hidmat mencari judul satu demi satu buku yang tertera di rak itu, rak yang lain itu. dalam hati saya hanya tersenyum saja.

"teh udah baca buku apa saja selama di sini?" pertanyaan basa-basi saya.
"aku baru di sini A," jawab dia.
"berapa bulan teh?"
"mau dua bulan," katanya.
"emang dulunya di mana gitu?"
"di CK."
"Circle K?" tanya saya lagi.
"iya," jawabnya sambil masih mencari apa yang saya mau tadi.
"wah, teteh harus bersyukur teh."
"emang kenapa gitu A?" jawab dia masih terus mencari dan mencari.
"iya, di sini kan gudang buku, jadi teteh bisa dapat banyak ilmu."
"hehe," dia malah senyum. senyum yang manis, semanis gula, gula merah juga gula putih.

si teteh mungkin sudah menyerah. kemudian dia bertanya pada temannya tentang keberadaan buku Al-Asbun itu. rupanya si temannya tahu tentang keberadaan buku itu. temannya itu menunjukan ke arah kumpulan buku yang bertuliskan bagian New Arrival. dan serentak si teteh itu pindah untuk mencari ke rak yang temannya tunjukkan tadi. saya juga masih membuntutinya seperti anak ayam ikut induknya. saya juga mau kok jadi anak si teteh, terus saja membuntutinya. tapi mungkin dianya yang gak mau.

"ada gak teh?" serobot saya.
"bentar A, cari dulu," kata dia seraya konsultasi sama teman yang satunya lagi.
"Al-Asbun ada gak?" tanya si teteh pada temannya, tapi teman yang satunya lagi.
"ada tadi di sini," kata temannya lagi sambil menunjuk rak New Arrival tadi.

wow, sungguh para penjaga yang baik hati. mereka bertiga rela membantu saya mencarikan apa yang saya cari. mereka terus mencari demi memuaskan para pelanggan seperti saya ini. namun, coba bayangkan kalo bukunya sudah ketemu, kemudian saya gak jadi beli, akan seperti apa raut wajah mereka, terutama si teteh pertama yang sedia kala membantu saya dari tadi, entahlah? tapi, ngomong-ngomong kemana si Godi? mungkin dia berada di rak lain.

"nah, ni ada A," kata si teteh yang dengan wajah bahagia telah menemukan Al-Asbun itu.
"tuh, itu ada, ah si teteh mah,"
"iya ini ketutup," kata dia sambil menunjuk salah satu buku yang menutup Al-Asbun,
yang membuat susah saya dan para penjaga itu mencarinya. si teteh juga senyum lagi sambil ngasih buku itu ke saya.

"ini tuh 55 ribu teh, ada diskon gak?"
"ada 25 persen A."
"jadi berapa teh?"
"itung aja A," si teteh malah menyuruh.
"aduh, matematika saya hancur teh."

si teteh mendadak menghitung harganya yang sudah didiskon itu. menghitung sambil mata menatap ke atap dan menggerakkan jari-jarinya. waktu itu si teteh memakai seragam toko. warnanya biru ada motif merahnya juga. dari tadi saya mencari papan namanya. tapi kok gak ada papan namanya di situ yang biasa tergantung di saku atau di leher. padahal saya ingin sekali tahu siapa namanya.

"jadi 41ribu A."
"40 ribu aja teh, pasin."
"ih, ini bukan toko saya Aa, kalo aku yang punya mah boleh."
"hehe, bercanda atuh teh."

begitulah suka duka saya mencari sebuah buku itu. sebuah buku yang saya sendiri tidak tahu menahu tentang isinya. sebuah buku yang bikin si teteh dan kedua teman penjaga itu harus bekerja ekstra mencarinya. namun di balik itu ada hikmah yang tersirat yang membuat saya harus beli dan bayar ke kasir yang kala itu si penjaga kasir sedang membawa tas.

"yang beli dapat tas ya?" saya bertanya pada dia.
"enggak A, ini mah yang nitip."
"oh, kirain di kasih hadiah tas."
"hehehe," dia tersenyum sambil mengembalikan uang kembalian saya.

hei, di pinggir saya ada Godi ternyata. rupanya dia sudah selesai melihat-lihat rak demi rak berisi buku tadi. ya sudah saya ajak Godi pulang saja meninggalkan Rumah Buku itu. karena bukunya kan sudah ketemu jadi saya dan Godi harus segera ke tempat parkir untuk pulang ke rumah masing-masing.

wahai Godi, wahai teteh yang baik hati, yang manis, yang cantik, yang enerjik, yang suka menolong para pembeli, saya ingin mengucapkan terima kasih terhadap kalian, karena hari ini saya bisa terus tersenyum melihat dan merasakan nikmatnya hidup. wahai kalian semua, sekarang hari Jum'at, sekarang jam 11:55, itu tandanya saya harus mandi dan pergi ke Mesjid untuk melaksanakan sholat Jum'at, sampai bertemu lagi dalam kesempatan dan waktu yang tidak di tentukan.

Bandung, 23 April 2010

1 Komentar:

Anonymous Oemar mengatakan...

hahaha... keren gaya bahasanya udah kayak muridnya pidi baiq.

nice post bro...

6 Juni 2013 pukul 09.31  

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda