Senin, 12 Mei 2014

Pancaroba

Seorang perempuan berpakaian seksi tampak meningkirkan rok mini merahnya dengan wajah penuh sinis. Mengenakan sepatu hak tinggi berwarna hijau dan tank top putih, kehadiran sosok perempuan berambut panjang itu menjadi sebuah pertanyaan.

Pertanyaan apa gerangan yang ingin dihadirkan pelukis Irul Hidayat dalam lukisannya berjudul Pancaroba Kepemimpinan pada medium akrilik di atas kanvas, berukuran 150 x 400 cm, 2014? Tampaknya, lukisan yang dipamerkan di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki Jakarta bertajuk Pancaroba-Pancaroba pada 18-29 Maret itu mengandung makna yang dalam.

Coba simak, selain perempuan seksi, sosok wajah para presiden negara Indonesia itu digoreskan dengan indah dan penuh satir. Mulai dari samping kiri, Irul menampilkan Presiden Indonesia pertama Soekarno disusul Soeharto, BJ Habibie, Abdurrahman Wahid (Gusdur), Megawati hingga presiden saat ini Susilo Bambang Yudhoyono.

Wajah mereka dibubuhkan warna sesuai karakter ideologi partai yang diusung mulai dari merah, kuning, hijau hingga biru langit. Tentu saja, Irul tampak merelevansikan kondisi tahun ini yang disebut tahun pemilu sebagai masa pancaroba sebuah kepemimpinan. Sesuai judul lukisan, Irul ingin menyampaikan pesan dalam lukisannya bahwa masa peralihan kepemimpinan saat ini menjadi sangat urgent untuk kepentingan semua warga negara.

Jika merujuk pada penanda pakaian yang dipakai perempuan seksi itu, maka secara tidak langsung akan berkaitan pada lambang negara Indonesia yakni merah putih. Artinya, pesan yang ingin disampaikan Irul pada lukisan tersebut sudah cukup jelas bahwa rakyat tengah was-was menyambut lahirnya pemimpin baru. Hal tersebut juga didukung oleh hadirnya penanda-penanda lain seperti lambaian tangan yang seolah mengharapkan sebuah pertolongan.

Pada pameran yang diikuti oleh komunitas Garis Cakrawala ini, para seniman memposisikan diri dan memberikan pandangan bahwa seni dihadirkan untuk mengkritik sebuah kebijakan pemerintah.  Komunitas tersebut lahir dan tumbuh di Kota Solo. Anggota Garis Cakrawala pada awalnya terdiri dari para mahasiswa Seni Murni ISI Surakarta. Saat ini, Komunitas Garis Cakrawala bergerak pada seni rupa moderen dan kontemporer.

Menyimak beberapa lukisan dari pelukis Hendra Purnama melalui lukisannya Ketika Negara Menghargai Rakyatnya, nuansa kerakyatan akan terasa kuat bagaimana lukisan bermedium minyak di atas kanvas, 135 x 135, 2011 itu cukup memberikan sebuah sindiran pedas.

Lagi-lagi, simbol kenegaraan dalam hal ini lambang negara Garuda menjadi pusat dari objek lukisannya. Mari simak bagaimana Hendra menempatkan posisi burung Garuda yang lebih besar sebagai tafsiran atas sebuah kepemimpinan dibandingkan burung-burung kecil yang berterbangan. Burung-burung kecil dan beberapa sosok manusia tersebut menjadi isyarat adanya saling harga menghargai antara pemimpin dan rakyatnya.

Pancaroba-Pancaroba, seperti tema dalam pameran ini juga menyoroti bagaimana sebuah budaya dipahami dan disikapi oleh sosok seorang pemimpin dalam sebuah negara. Pandangan tersebut sekiranya akan berdampak terhadap perkembangan sebuah budaya yang dijunjung.

Dalam catatan Hendra Himawan, kurator pameran mengatakan hilangnya nilai spiritualitas dalam kebudayaan pop digambarkan pada salah satu lukisan karya Indra Kamesyawara. Lukisan bertajuk Ungodless (akrilik di atas kanvas, 150 x 100 cm, 2014) berbicara tentang kesunyian, kesendirian yang tergambar pada sosok figur menyerupai manusia berkepala burung.

“Simbol-simbol seperti babi, ekor ikan terpotong menjadi presentasi akan nilai-nilai kemanusiaan yang tersekat. Terbelah oleh keadaan dan wacana-wacana bohong yang abai esensi,” paparnya.


Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda