Senin, 12 Mei 2014

Konser Singing Toilet

Sejumlah kardus dan kantung plastik berisi pakaian tampak menumpuk memadati lantai dasar Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta (2/2/2013). Ratusan orang antre hingga mengular demi menyaksikan konser Singing Toilet. Selain antre menukar tiket, pengunjung juga menyumbang alakadarnya untuk korban erupsi Gunung Sinabung, Sumatera Utara.

Jam menunjukan sekitar pukul 17.20 WIB. Ananda Badudu, vokalis Banda Neira, salah satu artis yang tampil pada ajang Singing Toilet terlihat berbincang dengan beberapa rekannya. Nanda tampak lebih dewasa. Empat tahun lalu, ketika saya masih kongko-kongko bareng, rambutnya masih gondrong. Dia terkenal sebagai seorang aktivis di kampus Universitas Parahyangan Bandung. Kini tampilan rambutnya lebih pendek.

Sejak menelurkan sejumlah lagu di bandnya Banda Neira, namanya kian terkenal. Duetnya dengan Rara Sekar yang juga vokalis, menjadi perbincangan hangat musik indie di Indonesia. Banda Neira adalah kelompok musik duo yang bermain dengan hanya sentuhan gitar akustik. Karya-karya mereka terkenal lewat promosi internet macam Youtube atau Soundcloud. “Banda Neira main jam berapa?” Tanya saya. “Nanti sekitar jam 8,” jawabnya.

Kebanyakan pengisi acara Singing Toilet berasal dari band-band indie. Sebut saja misalnya Payung Teduh, Float, White Shoes and the Couples Company, Banda Neira, Bonita and the Hus Band, Dik Doank dan Kandank Jurang Doank, Endah n Rhesa, Glenn Fredly dan Sigmun. Namun, kehadiran musik mereka tak bisa disepelekan begitu saja. Terbukti, histeria penonton malam itu pecah dan terdengar membahana. Konser sendiri dimulai sekitar pukul 18.00 WIB. 

Malam semakin larut, hujan deras mengguyur Jakarta. Alunan musik dari Payung Teduh malam itu mampu menghangatkan ratusan penonton yang hadir. Lagu-lagu romantis yang dinyanyikan Is dan kawan-kawan serentak dinyanyikan bersama oleh para penggemar fanatik. Salah satu lagu yang dimainkan, Angin Pujaan Hujan adalah bukti antusiasnya penonton pada penampilan Payung Teduh.

Penampilan Banda Neira tak kalah menarik. Salah satu puisi milik penyair Subagio Sastrowardoyo berjudul Rindu berhasil dimusikalisasi dan ‘menghipnotis’ penonton. Petikan gitar akustik Ananda Badudu begitu jernih. Apalagi vokal pada lagu ini didominasi oleh Rara Sekar yang merdu. Penonton pun tak berheti tepuk tangan. Banda Neira, pada konser amal ini menyumbangkan empat lagu termasuk Di Atas Kapal Kertas, Esok Pasti Jumpa dan Ke Antah Berantah.

Namun, yang paling memukau adalah penampilan Dik Doank. Dik, mengajak puluhan anak didiknya dari Kandang Jurang Doank ke atas panggung dan bernyanyi bersama. Salah satu lagu yang dimainkan, Jangan Menangis Ibu tampaknya mampu membuat kuping para penguasa dan warga Indonesia panas. Lagu ini adalah kritikan bagi para perusak hutan dan alam. Aksi panggung Dik Doank semakin sempurna ketika menyuguhkan slide letusan Gunung Sinabung dan banjir di sejumlah kawasan Jakarta yang diakibatkan kelalaian ulah manusia.

Histeria penonton lebih keras lagi ketika Glenn Fredli naik panggung. Glenn sempat ‘berkhotbah’ bahwa konser Singing Toilet merupakan konser yang wajib digelar. “Ini acara sangat mulia. Sejak saya diajak untuk mengisi acara, saya tidak berpikir lama menerima tawaran ini,” katanya disela-sela bernyanyi. Glenn malam itu berhasil melantunkan tiga buah lagu. “Doakan saja, jika kondisi Sinabung sudah mulai membaik, semoga kita bisa menghibur dan bernyanyi untuk korban di sana.”

Tiket konser amal Singing Toilet dibanderol Rp100.000. Sementara Graha Bhakti Budaya berkapasitas 600 kursi. Tak sedikit calon penonton kecewa karena tidak kebagian tiket. Mereka harus gigit jari meninggalkan area konser. Sisanya rela menunggu di area Graha Bhakti Budaya. Untuk membunuh kejenuhan, mereka memilih duduk-duduk sambil membakar rokok di luar lokasi konser.

Namun, secara keseluruhan, konser Singing Toilet bisa dibilang sukses mengajak penonton untuk berbagi. Hasil penjualan tiket sepenuhnya akan disumbangkan untuk membangun toilet bagi korban erupsi Gunung Sinabung. Penampilan dari tiga band terakhir Sigmun, Float dan White Shoes and the Couples Company cukup memuaskan penonton. Sampai akhir pertunjukan, sekitar pukul 01.00 WIB, kursi Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki tampak masih padat. Meskipun di luar, hujan masih deras. 

*Bisnis Indonesia Weekend

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda