Senin, 12 Mei 2014

Pemalu dan Pendiam

Hampir setiap sore, halaman rumah saya selalu dipenuhi anak-anak pengajian yang bermain kelereng atau mainan tradisional lainnya. Terkadang main kucing-kucingan atau main loncat tali karet. Mereka adalah para santri yang mengaji di salah satu masjid samping rumah saya. Usia mereka mulai dari 7-13 tahun.

Sebelum guru mengaji datang, para santri lelaki dan perempuan memang terbiasa menghabiskan waktu untuk bermain. Tepat pukul 16.00 WIB, salah satu dari mereka akan berteriak sambil berlari ke masjid. “Ibu datang... Ibu datang.” Sontak, mereka pun langsung duduk berjejer di masjid. Sang guru, seperti biasa akan langsung bergegas memimpin doa untuk memulai belajar.

Saya sendiri sudah cukup lama tidak mendengar cericit dan berisiknya suara mereka. Namun, pekan lalu, sehabis menyambangi rumah lagi, saya melihat kembali keceriaan mereka. Pada jendela rumah yang hanya tertutup gordin transparan, saya memerhatikan keceriaan mereka. 

Muhammad Inzaghi, yang dulu tidak pernah ikut nimbrung dengan santri lain kini sudah berani bergabung bersama mereka. Oh ya, seingat saya, Zaghi begitu dia disapa adalah sosok pemalu dan pendiam. Sang Ibu, Lilis Syarifah tahu betul bahwa sang anak lebih memilih bermain sendiri di rumah. Adapun, jika berbaur dengan teman lain, bocah berusia 10 tahun itu hanya diam memerhatikan teman-temannya yang tengah bermain.

Namun, Inzaghi sudah berubah. Dia malah lebih interaktif dibandingkan dengan temannya yang lain. Dia kini banyak bicara dan cenderung menguasai para sahabatnya jika tengah berkumpul. Seolah-olah, dia adalah bos dari perkumpulan itu. Dulu, menurut Lilis, sewaktu masih duduk di taman kanak-kanak (TK), pergi ke sekolah pun harus diantar jemput. Di kelas, dia hanya duduk memerhatikan. Sesekali menengok ke jendela kelas meyakinkan sang ibu masih menunggu di luar.

Efnie Indrianie, Psikolog Universitas Maranata menuturkan perilaku pendiam dan pemalu yang dialami anak disebabkan oleh dua alasan yakni faktor bawaan dan lingkungan. Faktor bawaan cukup sulit untuk diubah. Biasanya anak pemalu dan pendiam sejak kecil akan terus terbawa hingga dewasa.

Perilaku yang dialami Zaghi sendiri disebabkan oleh faktor lingkungan. Sewaktu kecil memang Zaghi terbiasa hidup di lingkungan rumah. Sehingga jarang terjadi komunikasi dengan anak lainnya. “Lingkungan akan sangat memberi dampak bagi sikap pemalu dan pendiam,” papar Efnie.

Perilaku pendiam dan pemalu yang disebabkan faktor bawaan memang cukup bermasalah. Seseorang yang sudah dewasa misalnya akan tetap memilih bungkam dan tidak banyak tingkah di hadapan orang lain. Efnie memberi contoh, seorang mahasiswa yang memiliki kecerdasan materi kuliah jarang mengemukakan pendapatnya saat diskusi kelas berlangsung. Padahal melihat hasil karya tulis yang ditugaskan, mahasiswa tersebut memiliki kecakapan yang memadai.

Menurutnya, perilaku pendiam dan pemalu ini memang bukan penyakit yang harus diobati. Akan tetapi, sebisa mungkin untuk perilaku yang disebabkan oleh faktor lingkungan, pihak orang tua sebisa mungkin mengenalkan anak terhadap publik luas. “Kalau mau, orangtua berani membiarkan anaknya bermain sebebas mungkin. Tentu dengan pendampingan yang wajar.”

Efnie menjelaskan agar sewaktu kecil anak jangan dibiasakan bermain dengan benda mati seperti mobil-mobilan, robot dan barang lainnya. Tetapi mengajak anak dengan permainan yang melibatkan banyak orang. Dengan begitu, lanjutnya, komunikasi anak dengan anak lain akan terasah secara dua arah.

Namun, katanya, perilaku pendiam dan pemalu yang disebabkan faktor bawaan sebaiknya dilakukan terapi kepribadian. Seorang anak atau pun yang sudah dewasa bisa menemui psikolog atau psikoterapi. Perubahan perilaku dengan sendirinya perlahan akan berubah jika kemauan orang tersebut untuk berubah kuat.

“Perilaku ini memang bukan kelainan. Tetapi jika mereka tengah berada di tengah-tengah orang lain, ini akan cukup membuat orang bertanya-tanya tentang sikapnya,” papar Efnie. “Perilaku tersebut juga mungkin akan sangat merugikan diri mereka sendiri.”

*Bisnis Indonesia Weekend

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda