Kamis, 10 Mei 2012

Si Kumis, Dari Pelayaran Sampai Konveksi


Bangunan seluas 20x15 meter persegi itu terletak di Jl. Pesantren Al-Jawami Tanjakan Katel No.10 Cileunyi Kab. Bandung. Untuk sampai ke sana, kita harus melewati sebuah tanjakan yang agak curam. Awalnya, kita akan menduga tak ada hunian satu pun di kawasan kebun itu, namun ternyata, di sana terdapat sebuah bangunan yang memproduksi konveksi bernama Fachri Konveksi.

Seorang pria berkumis, bernama Syamsuddin Hamka tampak serius mengontrol 12 karyawannya yang tengah bekerja. Ada yang potong kain, menyablon dan menjahit bahan kaos yang sesegera mungkin akan dikirim kepada pemesan.

Ketika didatangi Bisnis di tempat usahanya, sosok Syamsuddin begitu ramah. Senyumnya mengalir tulus diiringi sapaan hangat. Sejurus kemudian, dia mempersilahkan duduk kepada Bisnis. Sementara, para pegawainya asik bekerja sambil sesekali melemparkan senyum.

Fachri Konveksi berdiri sejak tahun 2001 dengan hanya bermodalkan Rp5 juta. Dia mengaku bermodal nekad untuk membangun usahanya itu.

“Dulu saya hanya punya uang Rp5 juta buat bikin usaha konveksi ini, saya beli lima mesin jahit, itu juga bekas. Tapi saya yakin, rezeki itu sudah ada yang mengatur,” katanya semangat.

Sebagai pengusaha rumahan, Syamsuddin mengaku usaha yang digelutinya merupakan sebuah rasa syukur yang sedang dia jalani. Pasalnya, sebelum terjun ke dunia konveksi, pria lulusan Sekolah Pelayaran itu sempat berharap menjadi pegawai negeri sipil (PNS).

“Tahun 98, saya mencoba ikutan tes PNS, namun barangkali tuhan berkata lain, saya banting stir ke dunia konveksi,” katanya.

Sebetulnya, sekitar tahun 1997, pria yang mempunyai tiga anak ini sempat menjadi asisten personalia di sebuah perusahaan garmen di daerah Caringin, Bandung selama dua tahun. Namun, dia memilih untuk mengundurkan diri, karena dia memutuskan untuk bikin usaha sendiri.

“Ya dari situ awalnya saya dapat ilham untuk bikin usaha sendiri, saya cukup punya ilmu sejak kerja di situ,” tuturnya.

Produksi
Fachri Konveksi, sesuai namanya berfokus di produksi konveksi seperti kaos, jaket, tas dan goody bag. Produksinya sehari bisa sampai ribuan. Pengerjaan produksinya pun kebanyakan dari pesanan pelanggan dari mulai para calon legislatif, partai dan beberapa event organizer (EO).

Dari ke-12 pegawai, masing-masing mempunyai tugas yang berbeda. Ada bagian potong kain, menjahit dan menyablon. Para pegawai biasa mulai bekerja pada pukul 08:00. Di Fachri Konveksi ini, para pegawai dibayar sesuai produksi yang didapat. Jika hasil produksinya banyak, penghasilan karyawan juga banyak.

Ketika Syamsuddin mendirikan usahanya, sebagian besar dia memproduksi barangnya di rumah kediamannya. Namun, seiring berjalannya waktu, dan penghasilannya bertambah, dia mencoba menyewa tempat khusus untuk produksi.

“Dulu, tempat usaha saya bersatu dengan rumah, walaupun berisik dengan suara mesin, ya itu resiko. Namun, sekarang saya menyewa tempat ini, lumayanlah luas, murah lagi,” katanya.

Tekad Kuat
Syamsuddin Hamka, lahir tahun 1970 di Semarang yang berdarah Minang dan Batak. Dia anak kesembilan dari 12 bersaudara. Watak yang kuat dan pantang menyerah itu terpatri dalam hidupnya

Ketika kedua orang tuanya meninggal, dia mesti bekerja keras untuk menghidupi diri. Rasa malu kerap menghampiri ketika dia sering numpang hidup bersama saudaranya. Dia pun mencoba berusaha dengan menggeluti pekerjaan yang dilakoninya. Dari mulai jadi pekerja di pelayaran, testing PNS, sampai bekerja di tempat orang. Kini, dengan tekad yang kuat, dia jalani usahanya bersama istri tercintanya.

Tidak cukup sampai di situ, sekarang istrinya pun mulai mengikuti suaminya dengan membuka usaha yang tidak jauh beda dengan dirinya.

“Istri saya sekarang juga buka bisnis. Dia membuat pakaian sendiri, dan menjual sendiri. Kalau produksinya di tempat saya,” katanya.

Dengan keuletan dan kegigihannya dalam berbisnis konveksi, dia mensyukuri kehidupannya bersama istri dan ketiga anaknya. Kini, sebuah rumah, mobil dan fasilitas kendaraan penopang kerjanya sudah dia miliki.

Manjakan pegawai dan pelanggan
Fachri Konveksi sendiri diambil dari anak pertamanya yang bernama awalan Fachri. Nama itu menurutnya serasa membawa berkah tersendiri dalam usahanya. Dalam prinsip usahanya, dia ingin memberikan kepuasaan pegawai dan pelanggan.

Dari 12 pegawai yang bekerja di konveksinya, dia menyediakan fasilitas gratis untuk para pegawainya. Dari mulai tempat tidur, kamar mandi, listrik dan makan ditanggung penuh olehnya.

“Saya kasih kamar gratis buat mereka (para pegawai), tugas mereka ya bekerja saja di sini, jangan mikirin apa-apa lagi, kalau mau makan tinggal ambil,” katanya.

Dalam hidup Syamsuddin, pelanggan adalah raja, makanya dia sangat menghargai istilah itu. Di setiap tembok di tempat usahanya misalnya, dia menulsikan beberapa kata-kata bijak yang memotifasi para pegawai: “Kontrol Hasil Pekerjaan, Kepuasan Konsumen, Adalah Kunci Kemajuan Usaha Kita”.

Dan yang paling penting, menurutnya, kepuasan pelanggan harus tetap dijaga.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda