Selasa, 28 Februari 2012

Redaktur Palsu

Yoga memang gila. Tingkahnya sangat usil. Mentang-mentang dia pake simcard Mentari yang bisa dipaketkan secara murah, lantas dia iseng telpon sana-sini orang-orang yang dia kenal.

Selasa 21 Februari 2012, saya sedang bersama Nabilla, Yoga dan Herton di sebuah asrama tua di kawasan Cipadung, asrama 2 Saudara. Bangunannya agak kumuh. Tembok masing-masing kamar mulai terkelupas. Kami bertiga tengah bersantai di lantai 2. Membakar rokok, browsing dan bercanda. Yoga tiba-tiba berceloteh untuk menelpon orang-orang yang dekat dengannya. Berbekal pulsa paketan dari Mentari, ia meminta rekomendasi nomor-nomor dari produk Indosat. Herton menyarankan Restu untuk dikerjai, sementara saya menyarankan Ojan.

Yoga memulai keisengannya dengan menelpon seorang penyair kawakan, Beni F. Syarifuddin. Ia mula-mula ingin mengerjai jika dirinya adalah redaktur Radar Banten. Yoga hendak mengkonfirmasi bahwa sajak-sajak Beni sudah dimuat, namun, ditengah percakapan, tiba-tiba Yoga memberikan hapenya pada saya, tapi saya gak kuat menahan ketawa membayangkan keseriusan Beni menanggapi Yoga. Herton Juga, ia menutup mulutnya untuk meredam tawanya. Serius, kami tertawa terbahak-bahak, betapa jail dan nistanya diri kami ini. Namun, ternyata Beni sepertinya curiga bahwa Yoga tengah mengerjainya. Ini mungkin kali kedua Yoga mengerjai penyair senior ini. Awalnya Yoga mengaku bahwa ia adalah Acep Zam-Zam Noor yang sengaja mengirim sms pada Beni sekedar silaturahmi.

Korban selanjutnya adalah Ojan, seorang pria yang sedang dilanda cinta lokasi di zona KKM-nya di kawasan Majalaya. Yoga tengah kangen sama Ojan dan Restu, makanya dia isengin kedua pria itu. Sebelum menelpon Ojan, Yoga berlatih dahulu percakapan apa yang hendak dibicarakan nanti. Saya menyarankan “bilang aja ada rapat tentang pencairan dana dengan pihak rektorat,” kata saya. Yoga mengamini. Ia langsung menelpon Ojan dengan nada serius. Mulut Yoga di tutup selimut untuk penyamaran agar suaranya tidak ketahuan. Saya, Nabilla dan Herton geli menahan tingkah laku Yoga. Dan memang berhasil. Ojan tidak curiga jika itu suara Yoga. Terjadi kesepakatan bahwa jam satu nanti Ojan bela-belain ke kampus hanya untuk mendatangi rapat fiktif ini.

Tidak puas dengan aksinya, giliran penyair, cerpenis dan esais tampan Restu A Putra jadi korban. Dengan modus yang sudah terlatih, Yoga mengaku jadi redaktur Khazanah Pikiran Rakyat. Dengan nada sok akrab, ditelponlah Restu yang tengah berada di kota Subang itu. Serangan demi serangan mulai tertuju. Yoga sengaja masuk ke dalam retorika yang ia mau, penyamaran sebagai redaktur Khazanah pun berbuah manis. Restu tak curiga. Ia rela manggut-manggut pada apa yang dikatakan Yoga. Puisi dan Cerpennya di facebook agar segera dikirim ke email Khazanah. “untuk dimuat di minggu ini,” kata Yoga. Lagi, saya, Nabilla dan Herton cekikikan tak bisa membayangkan ekspresi wajah Restu.

Waktu berjalan pelan. Nabilla sudah pulang ke kosannya. Pukul 11.47, saya sms Ojan sebelum dia benar-benar menyengaja datang dari Majalaya ke Cibiru.

“rapat bareng rektorat dibatalkan,” ketik saya.

“maksudna? Bener?” balasnya.

“si oga heureuy,” balas saya.

“bener ieu teh tong ngabobohong,” balas Ojan.

“bohonk,” jawab saya.

***

Saya pikir keusilan ini sudah beres. Ojan tidak jadi bakal datang ke Cibiru. Saya sedikit ngantuk ternyata. Dalam keadaan setengah sadar, Yoga nelpon saya. Suruh baca sms yang dia kirim ke saya, itu sms yang dikirim Ojan ke Yoga. “maaf pak. Tadi pas dihubungi saya lagi jalan. Sekarang saya sudah di lantai 2 jami’ah. Nunggu,” ini sms yang dikirim Ojan ke Yoga dan di forward ke saya. Saya tertawa kecil membacanya. Saya pikir ini sms balesan Ojan untuk mengerjai Yoga yang Yoga pikir Ojan masih dalam proses keusilannya, karena saya juga berfikir bahwa Ojan sudah sadar (Yoga hanya bercanda) dengan sms saya tadi bahwa Yoga sedang mengerjainya. Namun ternyata, ini benar-benar terjadi. Ojan memang datang ke Al- jami’ah dan menanyakan ke pihak rektorat perihal rapat itu. Dan sepertinya Ojan kikuk ketika pihak rektorat menyangkal adanya rapat itu. Tak bisa dibayangkan.

***

Sore sehabis hujan reda. Saya sedang baca-baca koran Kompas di Suaka. Tiba-tiba Ojan datang. Ia marah-marah sama saya. Ia bela-belain datang jauh-jauh meninggalkan kewajiban akademisnya untuk Suaka. Saya tidak bisa berkata apa-apa. Saya kena semprotnya. Tak lama ia di Suaka. Ia langsung kembali ke Majalaya.

Ojan, maafkan saya. Saya tidak bermaksud ngerjain kamu. Saya salut sama kamu, demi Suaka, kamu rela ninggalin KKM. Saya sayang kamu. Kita masih bisa berteman kan Jan? Jan, saya harap kamu bisa nemuin kekasih yang baik hati di sana, di tempat KKM sana. Maafin saya Jan. :(

Label:

2 Komentar:

Blogger Unknown mengatakan...

hahahaha, paraaah ih c a miko :p

5 Maret 2012 pukul 06.58  
Blogger mikoalonso mengatakan...

hahaha.. biasa lah iseng bos :)

11 Maret 2012 pukul 21.49  

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda