Rabu, 09 Februari 2011

sudikah kau melirik padaku sekali lagi

Entah apa yang membuat kakiku ingin melaju ke arah perpustakaan. Padahal bisa dihitung jari, selama kuliah mungkin aku mengunjunginya sekitar belasan.

Sore itu langit masih tetap malas tersenyum padaku. Sambil melangkah, kukayuh kaki ini dengan alas sandal jepit yang sempit membuat pembatas ibu jari terasa terhimpit.

Aku sudah berada di perpustakaan. Harus melewati putaran besi yang didaulat sebagai pintu masuk. Sempat aku merasa terkutuk saat putaran besi itu sedikit mengetuk bagian alat vitalku. Sebab posisinya hampir setinggi pinggangku.

Sore itu terasa sepi. Aku tahu mahasiswa sudah pulang pada jam segitu. Cuma beberapa yang tersisa sedang membaca buku.

Di perpustakaan kampusku, buku-buku agak berdebu. Ingin sekali rasanya aku memiliki kekuatan untuk meniup semua debu yang menempel seperti kutu yang memakan kayu rumahku. Ah, sudahlah aku kan hanya berniat mencari buku yang kubutuhkan untuk bahan tugas akhirku sebagai mahasiswa yang berjibaku.

Mataku dengan teliti melototi rak demi rak. Mencari beberapa judul yang tersudut miring di antara buku yang terlihat pangling. Tapi ternyata tak ada satupun buku yang dicari. Aku mulai kecewa. Naluri negatifku mulai muncul ingin mengutuk kampus yang tak becus menyediakan buku-buku yang bagus. Meskipun kecewa tapi aku tetap berwibawa, tak perlu orasi dengan memakai pengeras suara. Ya sudah aku cari saja buku yang menarik lalu aku bawa dan duduk di meja baca.

Di meja, aku lihat seorang gadis sedang membaca sambil sesekali aku menerka dan ingin tahu siapa namanya. Posisi dudukku berjarak terhalang oleh tiga meja. Ia memakai baju pink. Wajahnya terlihat bening. Suasana mulai sedikit hening. Dan tentu saja aku tak mau berpaling. Pikirku ini adalah momen yang sangat penting.

Aku pura-pura buka halaman demi halaman buku yang kubaca. Padahal mataku sedang tertuju pada gadis yang sangat menawan. Aku ingin tahu siapa dia, dimana rumahnya, berapa nomer ponselnya, jurusan apa dan tentu saja semester berapa? Sejenak aku berdiri, lalu berjalan menghampiri rak yang dekat dengan posisi duduknya. Ah, entah apa yang ia baca, sepertinya ia amat serius.

Ada enam meja di situ. Aku duduk berhadapan dengannya. Hanya saja posisiku tiga meter darinya. Sesekali aku menjadi orang jahat yang suka mencuri pandang.

Tak peduli lagi dengan bukuku, kulihat buku sekali, kutatap dia sepuluh kali. Namun aku merasa seperti pencuri yang kepergok, wajahku keok seperti disambar golok. Ketika aku sedang khusuk melihatnya, dia membalas melihat ke arahku. Alamak, apakah yang aku rasakan, hari apakah ini, jam berapa sekarang, aku ingin menggisik mataku beberapa kali. Ini seperti mimpi di siang hari yang bertemu puteri bak sinetron di tv tv.

Aku membetulkan posisi dudukku menjadi lebih tegap. Mendadak sore itu aku menjadi gagap. Ingin rasanya detik-detik itu langsung aku tulis dalam berbagai paragraf.

Waktupun perlahan mengikis langit. Awan mulai menciut kecut. Ini tandanya hujan akan turun membasahai gurun hatiku yang sedang terlalap api tanda tanya.

Benar saja, gerimis itu merayap bengis. Para pekerja perpus mulai merapikan buku-buku yang tercecer. Namun, gadis itu tetap saja menyatu dengan bacaanya. Matanya seakan kuat menatap kata demi kata yang tertera pada entah. Sementara aku yang gelisah ingin sekali melihat wajahnya yang ramah merona merah. Aku mulai resah hingga membentuk gundah yang teramat pecah penuh amarah.

Wahai gadis yang sedang membaca buku, bolehkah aku menghujam dirimu dengan panah dadaku yang terbelah. Dengarlah wahai gadis berkerudung sinis. Sebentar lagi perpus akan pupus, itu tandanya kau dan aku tak akan lagi berada dalam satu tempat yang rapat. Kau memang berhasil membuat aku menggigil. Aku bagai lelaki kerdil dalam kebisuaan yang amat dekil. Wahai gadis yang termangu, walau hujan diluar menyamar badai, sudikah kau melirik padaku sekali lagi?



Desember 2010

Label:

1 Komentar:

Anonymous AROZ mengatakan...

JADILAH JADI SARJANA SASTRA TEH ENK...
TOP

10 Februari 2011 pukul 17.30  

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda