Senin, 12 Mei 2014

Traversing Cultures

Sebuah boneka barbie menyerupai seorang perempuan tampak berdiri tegak. Boneka itu hasil modifikasi dua seniman asal Yogyakarta R. Bonar alias Otong dan Fahla F. Lotan alias Dila. Wajah boneka terlihat garang lantaran dipenuhi kaki-kaki tarantula.

Menggunakan dinamo, boneka dinamakan Mother Wisdom itu berputar. Pengunjung pada pembukaan pameran Traversing Cultures di Galeri Indonesia Kaya Jakarta pada 8 April 2014  hanyut terbawa putaran indah sang boneka. Konon, putaran tersebut memiliki filosofi tersendiri.

Dila dan Otong mengatakan inspirasi pembuatan boneka yang kini memiliki nilai seni itu datang dari Dewi Sri sebagai salah satu legenda perempuan di Jawa. Dewi Sri dinilai sebagai sosok bijaksana. Dia banyak menaburkan aura positif ke setiap orang. "Putaran boneka Mother Wisdom sendiri sebagai filosofi hidup perempuan untuk terus menebarkan kebaikan," papar Dila.

Dila dan Otong merupakan seniman asal Yogyakarta tergabung dalam Thedeo MixBlood. Keduanya adalah kelompok seni yang terlibat dalam berbagai eksperimen seni rupa. Thedeo MixBlood banyak menghasilkan karya-karya eksperimen dan hiperbolis untuk mengungkapkan sebuah karya di hadapan khalayak.

Pada pameran digelar 8-30 April 2014 ini, mereka menampilkan 6 karya seni rupa gabungan antara mainan anak dan hasil imajinasi menggunakan objek-objek modern. Mainan diambil dari koleksi pribadi dan hasil pengumpulan dari beberapa kerabat untuk dijadikan bahan seni yang bernilai tinggi.

Ciri khas Thedeo MixBlood bisa terlihat dari daya liar imajinasi sang seniman. Pada karya The Big Mission misalnya. Boneka Donal Bebek sebagai dasar mainan disulap menjadi sebuah karya seni berupa monster yang biasa dimainkan atau dimiliki kalangan anak-anak. Baik Dila maupun Otong tampak gemar memainkan instrumen dan aksesori lain menjadi gubahan karya yang elegan.

Namun demikian, penambahan barang-barang tidak terpakai pun tidak luput untuk mereka manfaatkan. Penggunaan kain pel misalnya, berhasil padukan pada celah-celah kosong untuk membuat warna karya terkesan unik dan menarik dipandang mata. Meskipun, pada dasarnya, boneka Donal Bebek masih menjadi objek utama dalam karya tersebut.

Thedeo MixBlood juga tidak sungkan berimajinasi lebih liar mengubah sebuah mobil mainan menjadi karya seni yang sangat historis. Karya tersebut bisa dilihat pada Buraq Transformation. Otong mengibaratkan Buraq, sebagai kendaraan Nabi Muhammad ketika diangkat oleh Tuhan ke langit lapis tujuh. "Kami andaikan kendaraan Nabi saat itu lebih canggih dari kendaraan saat ini," papar Otong.

Pada karya berjudul Dasamuka, mereka menghadirkan beberapa tokoh seperti Angry Bird, Joker dan pahlawan-pahwalan kartun yang kerap tayang dilayar kaca anak-anak. Karya tersebut digabungkan menjadi sebuah ksatria berpenampilan menyeramkan sambil memegang sebuah senjata.

Sementara pada karya The Rising of the Guardian, lagi-lagi Thedeo MixBlood menampilkan bahan-bahan kain pel untuk menambah aksen warna. Tema karya yang diusung mereka tetap mengedepankan kisah-kisah kepahlawanan yang berkarakter kuat. Maklum, keduanya mengaku sama-sama pecinta mainan sejak kecil.

Pameran Traversing Culture tersebut menyoroti lintas batas antara beragam nilai budaya seperti tradisional dan moderen. "Untuk itu kami hadirkan budaya lokal seperti mitos Dewi Sri yang pada beberapa karya lain mengedepankan tokoh hero yang akrab di berbagai kalangan," papar Dila.

Sejak berkesenian bersama-sama pada 2009, keduanya kerap memamerkan karya di beberapa tempat. Mereka juga mengklaim menciptakan karya bukan sekadar untuk merayakan dan mengembangkan hobi. Namun, tak jarang beberapa kolektor jatih cinta terhadap karya-karya Thedeo MixBlood. “Kebanyakan kolektor kami berasal dari luar,” ujar otong.

*Bisnis Indonesia Weekend

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda