Sabtu, 05 Oktober 2013

Lemah Sahwat

Apa yang membedakan antara ejakulasi dini dengan disfungsi ereksi? Terkadang, orang salah menafsirkan arti kedua istilah tersebut. Ponco Birowo dari RS Asri, Jakarta mengatakan ejakulasi dini terjadi ketika penis pria mampu melakukan penetrasi pada vagina meskipun hanya sebentar karena ejakulasi atau proses keluarnya sperma dikarenakan orgasme. Sementara disfungsi ereksi (DE) yaitu ketika penis pria tidak cukup keras untuk melakukan penetrasi ke vagina.

"Sebagian besar pasien yang datang ke saya bermasalah dengan ejakulasi dini. Mereka keliru dan menganggapnya mengalami DE. Dan penting untuk disampaikan bahwa DE atau lemah sahwat itu merupakan sebuah penyakit yang harus diperhatikan," katanya dalam jumpa pers Pasien Disfungsi Ereksi Kini Mempunyai Harapan Sembuh Tanpa Obat di Jakarta belum lama ini.

Akibat dari lemah sahwat yang dialami pria menyebabkan banyak keluhan terutama dari kaum wanita. Keluhan itu tak lain adalah permasalahan kepuasan seksual. Wanita, dalam hal ini istri tidak mendapatkan hak seksual laiknya pasangan suami istri pada umumnya.

Menurutnya, lemah sahwat merupakan salah satu gangguan fungsi seksual yang umum ditemukan pada pria berusia di atas 40 tahun. Data menyebutkan hampir 39% pria lemah sahwat berusia 40-70 tahun memiliki tingkat gradasi (keparahan) sedang dan berat, sementara tingkat keparahan ringan sampai berat sebanyak 52%.

Ponco menuturkan, bahkan diperkirakan pada 2025 menurut hasil studi yang dilakukan di Amerika menyebut sebanyak 322 pria akan mengalami lemah sahwat. Sementara penderita DE yang terjadi saat ini perbandingannya antara 24 orang per 1.000 pria. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat angka penderita lemah sahwat pada 1995 diperkirakan mencapai 152 juta pria di dunia.

Untuk itu, katanya, seorang pria harus mengenal lebih jauh apa saja penyebab dari DE. Beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya lemah sahwat dialami pria antara lain kelainan fisik seperti diabetes melitus, kolestrol tinggi, gangguan fungsi ginjal, proses penuaan dan gaya hidup.

Beberapa akibat dari DE terbagi ke dalam dua katagori yakni faktor organik seperti hilangnya minat pada aktivitas seksual, ukuran testis mengecil, penurunan tanda-tanda seksual sekunder seperti bulu rambut, kekuatan otot, kadar testosteron rendah, atau masalah hormonal lainnya.

Sedangkan faktor psikogenik antara lain pasangan sulit mendapatkan orgasme, hubungan suami istri kurang harmonis, dapat menyebabkan stress pada pasangan, depresi, perasaan bersalah, dan perasaan takut akan keintiman. Meskipun, lanjutnya bagi pria penderita DE secara psikogenik kemungkinan mampu ereksi jika melakukan hubungan dengan wanita lain. “Tapi yang kasihan kan istrinya di rumah,” ujar Ponco.

Dia menjelaskan saat ini cukup banya pengobatan untuk pria penderita lemah sahwat yang beragam. Berbagai kemajuan dalam bidang pengobatan baik terapi obat minum dan non minum telah banyak menolong penderita.

Bahkan, kini terdapat jenis pengobatan untuk terapi DE dengan ditemukannya obat minum yang baru dan terapi gen. Meskipun, jenis terapi tersebut, ungkap Ponco, belum teruji atau sebatas tahap uji coba.

Terapi lemah sahwat sendiri terbagi menjadi beberapa bagian, antara lain terapi tahap pertama yang mengobati penyebab disfungsi ereksi, perbaikan gaya hidup seperti berenti merokok dan memperbanyak olahraga, dan melakukan pengobatan tetap. Sementara tahap selanjutnya yaitu injeksi langsung ke bagian penis, injeksi ke saluran kencing hingga melakukan pembedahan protesis dan terapi hormon atau terapi seks.

Nur Rasyid, Urolog Senior dari RS Asri dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (FKUI RSCM) menambahkan pada zaman modern ini sudah hadir jenis terapi bagi penderita lemah sahwat yang ampuh. Jenis terapi tersebut dinamakan Low-Intensity Extracorporeal Shockwave Therapy (LI-ESWT) yang sebetulnya sudah hadir pada 1980-an untuk penatalaksanaan batu ginjal. LI-ESWT juga sempat digunakan untuk ortopedi pada 1990-an.

“Teknik LI-ESWT pada dasarnya mengembalikan penis untuk bisa berdiri kembali dilakukan dengan cara memasukan gelombang kejut pada penis yang akan membentuk pembuluh darah baru,” katanya.

Penderita lemah sahwat akan mendapatkan terapi dengan alat sejenis robot di mana penisnya pada bagian puncak, tengah dan pangkal ditembakan gelombang tadi. Caranya, sebanyak 12 kali penderita diberikan tembakan selama 9 minggu dengan biaya terapi menghabiskan sekitar Rp30 juta.

“Nanti pasien akan diterapi selama 2 x seminggu pada 3 minggu pertama. Kemudian istirahat selama 3 minggu dan kembali dilakukan penembakan selama 3 minggu. Hasilnya, sekitar 50% pasien lemah sahwat kami di Rumah Sakit Asri mampu kembali ereksi tanpa proses pengobatan,” ungkapnya.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda