Sabtu, 05 Oktober 2013

Cerdas Kelola Biaya Pendidikan

Pasangan Ujang Suhara dan Lela Maleha memiliki empat orang anak. Keempat buah hatinya masing-masing tengah melangsungkan pendidikan di tingkat SD, SMP dan SMA. Setiap bulan, keduanya harus merogoh kocek ekstra untuk membayar keperluan sekolah anaknya.

Biaya sekolah zaman sekarang memang tidak semurah harga kacang goreng. Apalagi jika sekolah berkualitas tinggi atau pun jurusan yang diambil anak macam berbau teknologi atau kejuruan. Tentunya, biaya-biaya tambahan setiap bulan harus dipersiapkan lebih.
Lela Maleha adalah salah seorang yang meraskan betapa mahalnya biaya sekolah. Meskipun dia berprofesi sebagai pegawai negeri swasta (PNS), akan tetapi gaji yang diterima setiap bulan tidak mencukupi kebutuhan.

Dia pernah punya pengalaman yang hampir setiap tahun terjadi. Pada musim sekolah tahun lalu, anak pertamanya Saldia Maida Qotrunnida memasuki SMA.

Sementara anak kedua, Nafisa Salma Sahara lulus dari SD dan masuk ke pesantren. Si bungsu dan anak kedua terakhir Firyal Hasna Thufalia serta Adiba Giska Rahmani naik kelas dari tingkat SD. Lela sempat dibuat pusing dengan biaya sekolah yang harus dikeluarkan. Mengingat, dana yang harus disetorkan untuk anak pertama dan keduanya saja hampir jutaan rupiah.

"Seandainya kehabisan ide, saya dulu akan menggadaikan SK PNS saya untuk meminjam uang untuk keperluan biaya sekolah anak. Tapi alhamdulilla gak jadi, karena ternyata masih punya sedikit tabungan," ujarnya mengenang.

Bagi keluarga seperti Lela Maleha, di satu sisi, anak memang membuat keluarga laiknya sebuah surga yang menciptakan keindahan dan kebersamaan. Namun di sisi lain, ketika memasuki akhir bulan, dirinya berjuang sekuat mungkin menyisihkan uang bareng suami dengan menabung secukup mungkin. Beruntung, pasangan ini memiliki satu rumah kontrakan yang bisa diandalkan guna menutupi biaya sehari-hari.

Kasus serupa juga pernah dialami oleh Omayah. Ibu rumah tangga yang memiliki lima orang anak. Padahal dirinya hanya seorang ibu rumah tangga yang mengandalkan suaminya kerja menjadi buruh di pabrik. Omayah mengenang ketika kelima anaknya berusia belasan. Hampir setiap bulan dia ketar-ketir memikirkan biaya sekolah.

"Saya sebetulnya tidak mengerti, kenapa selalu saja dicukupkan oleh Tuhan. Padahal dulu, empat dari lima anak saya semuanya sekolah," ujarnya. "Tetapi pandainya suami saya, selalu menyimpan meski sepeser dua peser uang untuk kebutuhan anak."

Sebetulnya, keringanan biaya sekolah saat ini sudah mulai diterapkan oleh pemerintah. Adanya program Bantuan Operasi Sekolah (BOS), sekolah gratis hingga pemberian beasiswa tegah digembor-gemborkan. Namun, tetap saja tak sedikit kalangan yang merasa pendidikan di Indonesia masih mahal.

Melihat fenomena seperti ini, Financial Advisor Fin-Ally, Fioney Sofyan Ponda menuturkan, ada baiknya setiap keluarga secara ideal memiliki dua anak. selain mengurangi beban biaya hidup, dua anak dirasa cukup dan dapat mengurangi urbanisasi.

Keuntungan dari dua anak juga bisa menumbuhkan tingkat rasa percaya diri anak dari kasih sayang dan perhatian orang tua. Bahkan, katanya, kesuksesan negara Cina salah satunya saat ini tengah menerapkan warga untuk memiliki satu anak saja.

Lebih jauh Fioney menjelaskan keluarga juga harus pandai mengelola keuangan yang baik bagi kebutuhan biaya pendidikan. Dia menyarankan, selain menabung, pihak keluarga mesti terlibat di investasi yang berjangka panjang.

“Biaya pendidikan bisa saja ke depannya semakin mahal. Maka saya sarankan ikut dalam asuransi pendidikan saja tidak cukup. Maka berinvestasilah, minimal di reksa dana,” ujarnya.

Menurutnya, sumbangsih pendidikan terhadap inflasi dinilai cukup besar atau sekitar 20%. Hal tersebut dirasa perlu disikapi dengan baik yang salah satunya oleh kesadaran diri masyarakat. Caranya, agar tidak keteteran setipa bulan atau tahun, pihak orangtua mesti memisahkan dana secara khusus untuk kebutuhan biaya pendidikan.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda