Sabtu, 05 Oktober 2013

Sepatu Boot Dharono

Kecintaan Dharono Trisawego terhadap sepatu boot membuat otak bisnisnya berputar. Pria hobi jalan-jalan itu terpikir untuk mencoba terjun membuat sepatu boot sendiri.

Sebagai kolektor boot, dia paham betul sepatu berkarater jangkung tersebut jarang beredar dibandingkan jenis sepatu lainnya. “Saya nekat dan percaya bahwa usaha di bidang boot cukup menjanjikan,” ujarnya.
 Usaha yang berawal dari sebuah rasa cinta memang membuat kesenangan tersendiri bagi si pelaku. Tak terkecuali bagi Dharono. Berbagai majalah dan bacaan lainnya yang mengupas tentang boot, dia kumpulkan dan menjadikannya sebagai referensi desain untuk usahanya.

Dia mengaku ide usahanya memang sudah datang dari jauh-jauh hari, meskipun keberaniannya itu dituangkan sejak Agustus tahun lalu. Waktu itu, lanjutnya, gagasan memulai usaha boot sebatas renca saja yang kemudian baru terlaksana sekitar Oktober 2012. “Maklum bergerak di usaha sepatu boot ini harus tahu pasarnya dulu,” ungkapnya.

Dari modal pas-pasan sekitar Rp2 juta, Dharono mulai memproduksi dan menawarkan produk jadinya kepada teman-teman dekat. Respon pasar pun positif. Banyak permintaan produksi dan pesanan cukup membludak.

Sejak saat itulah pria lulusan Fakultas Ekonomi Unpad itu serius berbisnis sepatu boot. Jenis sepatu yang diproduksi khusus itu dirancang untuk pria dan wanita dewasa. Untuk pria, Dharono memproduksi mulai dari ukuran sepatu 39—44 sedangkan untuk wanita ukuran 37—40.

Sepatu boot yang diproduksinya terbagai ke dalam beberapa desain antara lain olicomb, tampo, chokoking, CT, high cut, chuka wine, tosuka, klasika kombinasi, trexx, long edison, safety dodoz, rain moccasin dan jenis lainnya. Masing-masing desain memiliki corak dan warna tersendiri.

Harga dari setiap desain berkisar antara Rp250.000—Rp500.000. Kesemua boot yang diproduksi cocok untuk bersantai atau digunakan pada kegiatan outdoor. Dalam sebulan, Dharono mampu meraup omzet puluhan juta rupiah dari hasil penjualan.

Produk boot hasil buah tangan pria kelahiran Surabaya, 1962 itu memiliki kelebihan dan keunikan tersendiri. Untuk memanjakan pelanggan, desain sepatu yang diproduksi menggunakan bahan dari kulit berkualitas nomor wahid yang tentunya dibuat secara manual. “Kelebihan lain yakni pelanggan bisa memesan sesuai keinginan,” tuturnya.

Melihat respon pelanggan terhadap sepatu boot ini semakin diminati, Dharono lambat laun sudah bisa membaca pasar. Otaknya kembali berputar untuk membuka akses pelanggan agar lebih mudah. Dari situ, pria penyuka musik pop itu mencoba men-display produknya melalui online dengan alamat rumahboot.com, yang sekaligus dia jadikan sebagai brand produknya.

Sejak usahanya melalui online ini dilakukan, dia mulai kelimpungan pesanan. Pelanggan mulai mengunjungi dan banyak memesan produk-produk sepatu boot buatanya. Bahkan, dari situlah Dharono mulai merasakan bagaimana menjadi seorang entrepreneur.

“Banyak pengalaman unik yang saya rasakan. Terkadang pelanggan yang memesan boot tidak pas dengan ukurannya, akhirnya sepatu yang dipesan ditukar ulang,” ujarnya.

Pengalaman lain yang pernah dia alami yaitu ketika pelanggan memesan sepatu untuk diantar ke rumah, tetapi, ungkapnya, ketika diantar alamat tujuan ternyata palsu. “Pokoknya banyak yang saya alami dari usaha ini,” ungkapnya.

Dharono mengakui, usaha yang digeluti memang belum maksimal. Jatuh bangun usahanya sendiri mulai dirasakan terutama dari segi produksi yang banyak tersendat. Dia sadar, sumber daya manusia dan alat produksi menjadi salah satu penyebabnya.

Namun bapak dua anak itu tak patah arang. Dia meyakini, sebagai seorang entrepreneur, berbagai hambatan dan cobaan kerap datang menerpa yang justru dia jadikan sebagai tantangan usahanya.

“Bisnis yang saya geluti ini harus dilakukan dengang hati. Jadi jatuh bangun menjalankan usaha ini sudah biasa. Saya akui produksi tidak berjalan dengan konsisten. Karena konsumen sepatu boot itu tertentu, jadi produksi pun tidak stabil,” ungkapnya.

Akan tetapi, dengan melihat pangsa pasar yang menjanjikan. Dharono meyakini usahanya bakal terus berkembang seiring banyaknya pelanggan berdatangan. Ke depan, dia akan membenahi strategi manajemen produksi dan penjualan.

Bahkan, lanjutnya, dia akan membuka gerai guna melebarkan sayap usahanya. Dharono mengakui saat ini dirinya terlalu memfokuskan penjualan via online. Tetapi hal tersebut dilakukan sebagai tes pasar semata.

“Memang tak sedikit yang tidak puas hanya melihat gambar via online. Mereka ingin melihat sepatunya secara langsung. Karena itu saya sedang siapkan gerainya,” ujarnya.

Dharono juga berencana untuk membuka bengkel sepatu yang akan bekerjasama dengan pengrajin sepatu di Bandung. Dia menilai, bagi penggemar sepatu boot fanatik, usaha tersebut bakal memberikan peluang usaha baru. “Saya kadung mencintai sepatu boot. Jadi apa pun usahanya yang terkait dengan boot, saya akan lakukan,” paparnya.

Label:

1 Komentar:

Blogger Unknown mengatakan...

kayanya boleh nih sepatu buatannya ditunggu ahhhh

17 Agustus 2015 pukul 20.31  

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda