Minggu, 14 Juli 2013

Bermain Dengan Komunitas Hong

Kang Zaini, begitu dia disapa. Perawakannya kurus. Jika bicara, nadanya cepat. Ciri khas yang mencolok dari pria berkacamata ini selalu mengenakan iket Sunda atau penutup kepala yang terlilit di dahinya.

Namun, siapa sangka, lulusan pascasarjana Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Desain Produk itu memiliki kebolehan yang luar biasa. Dia adalah seorang peneliti mainan tradisional Indonesia yang sudah hampir tiga tahun membentuk Komunitas Hong. Tujuannya hanya satu: mengembalikan permainan sebagai bahan ajar.

“Hong itu artinya panggih, atau amprok [ketemu]. Kalau di Sunda itu ada istilah kahongkeun [dipertemukan]. Nah, komunitas ini artinya ‘menemukan kembali’,” katanya kepada Bisnis belum lama ini.

Pria bernama lengkap Mohammad Zaini Alif itu ingat betul, saat dirinya tengah menyodorkan rencana thesis S2 kepada dosennya. Dia mengajukan sebuah penelitian tentang permainan tradisional. Sang dosen pembimbing tidak setuju. Apa yang dilakukan Zaini tidak sesuai dengan jurusannya Desain Produk.

Namun setelah dijelaskan lebih detil tentang maksud dan tujuan, akhirnya sang dosen menerima rencana penelitian berjudul Perubahan dan Perkembangan Permainan Tradisonal di Indonesia itu. Zaini pun mulai bergerak ke sana-sini mencari referensi. Dia singgahi satu tempat ke tempat lain. Mencari tahu arti dan makna permainan tradisional khas daerah di Tanah Air.

“Saya membangun Komunitas Hong untuk menggali nilai-nilai dalam permainan tradisional. Jadi bukan hanya artefaknya saja yang saya kembangkan, tapi norma-norma yang terkandung dalam permainan tersebut,” ujarnya.

Dia meyakini setiap permainan tradisional memiliki pesan pembelajaran untuk kehidupan manusia. Permainan tradisional bukan semata-mata diciptakan para leluhur zaman dulu begitu saja. Tetapi, lanjutnya proses pendidikan tercipta melalui permainan tradisional.

Zaini mencontohkan, permainan congklak yang saat ini jarang dimainkan oleh anak-anak perkotaan memiliki falsafah dan ajaran mulia. Menurutnya, ke-16 lubang dalam permainan congklak menggambarkan falsafah hidup seseorang mulai dari hari Senin-Minggu. Di hari-hari itu orang sibuk beraktivitas dalam melangsungkan kegiatan hidupnya.

Dalam congklak, setiap pemain wajib mengisi delapan lubang oleh biji yang dimiliki pemain. Tujuh lubang yang diisi menyiratkan kehidupan seseorang dalam mencari nafkah selama satu minggu. Sementara satu lubang yang besar diibaratkan sebagai tempat untuk menabung dari apa yang dihasilkan setiap hari.

"Nah, permainan ini sangat mendidik bagaimana seorang anak harus menyisihkan penghasilannya untuk digunakan di kemudian hari," ujarnya.

Permainan lain, seperti galah asin atau gobak sodor memiliki makna pola pertahan dalam kehidupan. Dalam permainan ini para pemain yang terdiri dari 3-5 orang akan saling menghadang lawan untuk tidak melewati garis yang dimiliki masing-masing lawan. Untuk meraih apa yang ingin dicapai, para pemain harus bolak-balik melewati garis di area lapangan yang telah ditentukan.

Menurutnya, permainan ini mendidik anak bagaimana melatih mental dan kekuatan baik di dunia maupun persiapan pertahanan diri untuk menghadapi hari akhir. “Melalui batas-batas itulah kita belajar menembus apa yang diinginkan menuju kemenangan,” ujarnya.

Komunitas Hong saat ini sudah mencatat lebih dari 800 jenis permainan tradisional. Seiring komunitas itu berjalan, dia melakukan penelitian dan seminar-seminar ke guru-guru di berbagai sekolah. Zaini juga kerap menerima informasi terkait jenis permainan baru yang datang melalui sms, telepon dan email dari masyarakat.

Kegiatan yang dilakukan Komunitas Hong yaitu mengampanyekan permainan tradisional ke berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, masyarakat yang berada di Kawasan Dago Pakar Bandung diajak untuk berkreasi membuat sejumlah alat permainan yang bisa dijual. Hasilnya bisa dinikmati oleh masyarakat. Warga sekitar dalam setiap harinya membuat wayang-wayangan, mobil-mobilan, kolecer, dan lain-lain.

Saat ini, Komunitas Hong memiliki sejumlah lahan di kawasan tersebut yang sengaja duperuntukkan sebagai wahana bermain. "Dalam setiap minggunya tempat kami banyak dikunjungi wisatawan lokal dan asing," ujarnya.

Awalnya, lanjut Zaini, siapa saja bisa memilih permainan yang ada di Komunitas Hong. Namun lambat laun, seiring membludaknya pengunjung, dia membuat tarif khusus. Ini pula yang menjadi penggerak ekonomi masyarakat sekitar berkembang.

“Sejak adanya Komunitas Hong, warga sekitar banyak yang jualan makanan, minuman, oleh-oleh dan lainnya. Uniknya lagi, setiap permainan kami iringi dengan musik khas dari tim kami.”

Berkat ketekunan yang dimiliki, Komunitas Hong sudah menyabet beberapa penghargaan dari mulai lembaga, pemerintahan hingga organisasi-organisasi asing. Namun, Zaini masih memiliki angan-angan luhurnya dalam mengembangkan permainan tersebut. Pekerjaan rumah yang saat ini belum didapat yaitu ‘melawan’ sejumlah permainan modern yang kurang bermanfaat.

Dia menuturkan kalangan masyarakat menyambut baik dengan Komunitas Hong tersebut. Termasuk kalangan pemerintah. Namun sayang, lanjutnya, pemerintah hanya mendukung saja. Mereka masih belum bertindak. “Padahal permainan tradisional ini sangat penting untuk perkembangan karakter anak bangsa," ujarnya.

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda