Minggu, 14 Juli 2013

Kartu Kredit Bagi Si Lajang

Yanto Susanto patut bersyukur dengan hidup yang dijalaninya saat ini. Pria berusia 28 tahun yang bekerja di salah satu bank pelat merah di Jakarta itu kini sudah mengenal apa itu kartu kredit. Kini dia kerap kali berbelanja menggunakan kartu kotak berbentuk tipis tersebut.

Baginya, mahluk sakti tersebut sangat berguna bagi segala keperluan transaksi pembelian tanpa harus mengeluarkan uang tunai. Dengan hanya menggesek, semua urusan jadi beres.

Maklum, Yanto dulunya tinggal di sebuah daerah pelosok di Kabupaten Subang, Jawa Barat yang jauh dari alat-alat canggih semacam kartu kredit.

Namun, Yanto terbilang pria sederhana, meski sudah memiliki kartu kredit, dia menggunakannya sesuai dengan kebutuhan hidup. Sebagai pria lajang, paling-paling dia membelikan berbagai kebutuhan seperti makan, pakaian dan keperluan lainnya.

"Saya sih menggunakan kartu kredit sewajarnya saja. Kalau memang dibutuhkan ya pake kartu kredit. Dan tergantung limitnya juga sih," ujarnya.

Yanto sadar betul kehadiran kartu kredit memang kerap menggoda 'imannya' untuk melakukan berbagai transaksi tanpa batas. Hal itu dia temukan dari beberapa temannya yang sering melakukan pesta, makan dan melakukan aktivitas lainnya menggunakan kartu kredit. "Kalau saya tidak sampai seperti mereka," katanya.

Fioney Sofyan Ponda, perencana keuangan dari Independent Financial Advisor Fin-Ally mengatakan penggunaan kartu kredit di kalangan lajang yang sudah mapan memang tak jarang dicap sebagai gaya hidup tersendiri. Padahal menurutnya, kartu kredit adalah alat yang bisa dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

"Kalau aku berpikirnya kartu kredit itu kayak asisten pribadi, yang bisa memberikan kemudahan dengan apa yang kita inginkan. Tapi yang namanya lajang bukan berarti bebas risiko, justru risiko itu ya bagaimana bisa mengontrol diri sendiri," ujarnya.

Menuru Fioney, penggunaan kartu kredit oleh para lajang ini biasanya pada hari-hari weekend dan hari tertentu. Selain digunakan untuk  berhura-hura bersama para teman dan kerabat, terkadang untuk mentraktir apa yang diinginkan sang pujaan hati.

"Kalau saya sih tidak merekomendasikan apa pun bagi para pengguna kartu kredit lajang, biasanya saya selalu menasehati mereka [para lajang] agar setelah melakukan transaksi dibayar secepat mungkin," katanya.

Dia menuturkan bagi para lajang, yang terkadang emosinya tidak bisa terkontrol, ada baiknya jika penggunaan kartu kredit tidak lebih dari 50% dari limit yang dibatasi penyedia kartu kredit. Selain bisa mengerem keinginan, hal tersebut juga memberikan kepercayaan dari penyedia kartu kredit.

"Terkadang kalau melebihi batas 50%, itu berdampak tidak baik, akhirnya kredit bisa macet dan di-black list sama bank penerbit kartu," ujarnya.

Mohammad Andoko, President Director One Shildt Financial Planning mengatakan memiliki kartu kredit idealnya cukup satu saja, karena sebetulnya fungsi kartu kredit untuk menunda cash flow dan alat alternatif dalam melakukan transaksi.

Dia sadar betul, hobi anak muda yang rereta masih lajang tak bisa lepas dari gaya hidup yang glamor. Alih-alih menggunakan kartu kredit sebagai alat alternatif, justru malah kerap terjerumus seenaknya membelanjakan apa saja yang diinginkan.

Dia menuturkan sebaiknya para lajang yang sudah berpenghasilan jangan terlalu konsumtif dengan apa yang dimiliki. Biasanya, lanjut Andoko khususnya kalangan perempuan selalu jelalatan, mudah tergoda, dan tidak bisa menahan diri melihat barang-barang belanjaan.

"Untuk itu, jangan sekali-kali menggunakan kartu kredit untuk kegiatan-kegiatan entertainment, nonton, nge-gym dan hal konsumtif lainnya. Karena hal tersebut bakal menjadi candu. Kalau sekali-kali sih boleh asal jangan ketagihan," ujarnya.

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda