Selasa, 25 Juni 2013

Mimpi Patty Seery

"Ini seperti mimpi," ujar Patti Seery ketika kali pertama datang ke Indonesia pada 1980-an. Betapa tidak, dalam benak wanita kelahiran Chicago, Amerika itu sebelumnya hanya mengenal Indonesia dari buku-buku sejarah. Dia banyak tahu jika Indonesia adalah gudangnya rempah-rempah pada abad ke-15 silam. Kini, wanita yang sudah berusia 61 tahun itu benar-benar merasakan surga wisata bahari Tanah Air.

Wanita yang senang memasak itu akhirnya mengaku betah tinggal di Indonesia, setelah melancong ke berbagai tempat dan bertemu banyak orang. Dia sadar betul banyak keunikan dan kekayaan melimpah di Indonesia.

Dengan dilatar belakangi hobi berjalan-jalan, terpikirlah sang owner Silolona Sojourns itu untuk membangun sebuah kapal. Patty paham benar potensi bisnis kapal di Indonesia sangat menjanjikan. Akhirnya pada 2002, dia membangun sebuah pinisi cantik yang digarap oleh orang-orang dari suku Konjo Sulawesi. Dia memberi nama kapal dengan sebutan Silolona yang dilaunching pada 2004. Kapal tradisional tapi berkelas ini berukuran 50 meter.

Proses pembuatan Silolona memakai cara warisan nenek moyang suku Konjo. Secara tradisional dan manual Silolona dibuat dari bahan kayu yang kuat. "Tentunya dengan kualitas tinggi dan tangan-tangan profesional," ujarnya.

Harga sewa Silolona terbilang murah dibandingkan kapal lainnya. Sayang, dia belum bisa menyebutkan angka sewa untuk jenis kapal ini. "Untuk detilnya saya kurang tahu berapa harga sewanya," tuturnya.

Para penyewa Silolona maksimal booking antara 10-12 orang dan tersedia lima kamar bagi para tamu. Selain itu, pelayanan spesial yang ditawarkan antara lain hidangan khas indonesia, tarian khas suku dan sesajen Konjo, serta pertunjukan budaya lainnya. Dengan begitu para penyewa asing merasa betah di Silolona.

Para penyewa banyak berasal dari berbagai negara seperti Jerman, Meksiko, Inggris, Spanyol dan negara lainnya dengan tujuan wisata ke beberapa kawasan perairan seperti Raja Ampat, Bali, Flores, Bunaken, Pulau Komodo dan lain-lain.

Sementara warga Indonesia sendiri kurang berminat dan hanya sedikit yang menyewa. "Jika penyewa merasa kerasan, merek bakal menambah waktu sewaan," ujarnya.

Selama Januari-Februari, Silolona beredar di lautan luar negeri untuk menghindari cuaca ekstrem di Indonesia. Perlahan hal itu membuat Silolona terkenal di negeri orang. Setiap tahunnya Silolona sukses sebagai Yacht yang masuk salah satu terbaik di internasional. Pemerintah, lanjutnya harus pandai menjaga kapal tradisional berbahan kayu sebagai kebudayaan yang masih hidup, karena untuk kelas pinisi, di tempat lain sudah tidak ada.

Selain memiliki Silolona, Patty juga memiliki kapal pinisi bernama Si Datu Bua. Sebuah pinisi yang diambil dari gunung Toradja Sulawesi. Kapal ini berukuran 40 meter. Harga sewa untuk 5-6 hari dibanderol sebesar US$11.000 untuk 6-8 orang. "Tapi di Si Datu Bua hanya tersedia tiga kamar," ujarnya.

Patty optimistis bisnis wisata sewa kapal ini bakal positif ke depannya, seiring banyak pihak yang sudah tertarik dengan wisata bahari. Dan mungkin, setelah merasakan kue bisnis sewa pinisi ini, Patty tidak sedang benar-benar bermimpi.
______________________________
Miftahul Khoer | Bisnis Indonesia
Phone | 082130812642
Twitter | @mikoalonso
Powered by Telkomsel BlackBerry®

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda