DI KERETA ITU AKU BERDEGUP
1/
dan ingatlah
saat kereta api itu melaju meninggalkan kota kita
harummu melambung menusuk hidungku
seperti parfum yang wajib kau semprotkan
saling melumpuri perasaan malu
pada antologi bau penumpang
dan ketiak-ketiak basah kondektur.
sejenak kau terjaga
menyandar di bahuku
rel demi rel mengibas asmara
lalu, masih kusimpan mukjizat tuhan
berupa suka yang bergetar samar.
kau membuang muka ke jendela
kesempatan untukku mencuri lelah
wajahmu. raut cerah lelap dan ramah
2/
stasiun sudah berganti,
dengarkanlah jantungku membungkuk
ketika wajah kita berdekatan beberapa inci saja
love death, kataku
rindu adegan itu. scene yang penting
dan ingatlah
kereta api itu melaju meninggalkan waktu kita
tawa riangmu seketika pecah
wajah muram bulan datang
menstruasi ala jalanan
alamak, pergilah beberapa saat
kembalilah dengan keadaan utuh dan wangi
3/
rel demi rel mengunci rasa
tak tahan sudah, wahai perempuan
ah, kusimpan saja sampai waktu yang tepat
ruang yang lezat untuk mewahyukan mukjizat ini
4/
dan ingatlah
kita sudah kembali di kota kita
stasiun sudah berganti,
love is dead, kataku sampai mati
benci kenangan itu. scene yang memuakkan,
dan lihatlah
aku sudah perkasa
melupakan tabiat palsu darimu
-2.01.2011-
Label: Sajak Sajak Tengil
0 Komentar:
Posting Komentar
isi komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda