Jumat, 29 Mei 2009

Lomba Demo

Aksi mereka terkesan individual, sebenarnya mereka mengaspirasikan untuk siapa?

Baim membakar sebuah ban bekas. Api nyaris melahap wajahnya. Ia mahasiswa PMI Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Kulit agak gelap. Mata belotot. Rambut kriting dengan menyisakan sejumput rambut dibagian belakang. Ia adalah orator unjuk rasa yang tak asing di kampus Sunan Gunung Djati Bandung. Cuaca siang itu panas menyengat kulit.

“memangnya kita anjing-anjing kalian, kita tidak ditanggapi. Anjing semuanya” Ujarnya.

Sebuah lingkaran dibuat. Persis di tikungan gedung rektorat. Nyanyian terus dikumandangkan masa BMPK. Jalan utama kampus sedikit terganggu. Pria berperawakan kecil membacakan beberapa bait puisi. Sejumlah wartawan sibuk mengambil gambar. Api terus berkobar. Asap hitam naik menembus langit. Pekat.

Rabu 8 April 2009. kampus Universitas Islam Sunan Gunung Djati Bandung menjadi perhatian seluruh civitas kampus dan warga sekitar. Aksi unjuk rasa digelar dua masa. tepat dengan pelaksanaan Dies Natalis UIN SGD Bandung yang ke- 41.

Mulanya, masa pertama yang dinamakan Himpunan Mahasiswa Sunan Gunung Djati (HAMAS) start dari DPR (Dibawah Pohon Rindang) dengan berteriak sembari mengacungkan tulisan yang berisi beberapa tuntutan dalam karton. Beberapa menit kemudian masa BMPK (Barisan Mahasiswa Peduli Kampus) menyusul dengan menyuarakan tuntutan berbeda.

Sementara, di aula, sejumlah para petinggi kampus tengah mengikuti acara ulang tahun yang ke- 41. orang nomor dua di Jawa Barat, Dede Macan Yusuf ikut menghadiri acara tahunan ini. Dan para demonstran merapat menuju area parkir tepat di depan auditorium utama.

Suasana mulai kacau. Terjadi saling seret antara demonstran dengan keamanan. Ini menjadi tontonan gratis yang menarik bagi mahasiswa dan sejumlah tamu yang hadir. Teriakan terus terlontar dari dua masa. Para tamu yang hadir, terlihat menyaksikan masa aksi ketimbang menyimak acara di aula.

“ini konyol. Kayak gak ngerti organisasi masa aja. Saya gak ngerti apa yang diomongin. Kalo mahasiswa demo kaya gini, mungkin dulu Suharto gak bakal turun.” Ujar Tece salah satu penonton demo.

Pelataran area parkir dan jalan kampus tak sepi dari mahasiswa yang melihat demo siang itu. Tuntutan demi tuntutan tak henti mereka aspirasikan. Namun rada unik memang. Kedua masa seolah sedang mengikuti lomba demo di acara Dies Natalis. Masing-masing dari kedua masa saling berteriak. Siapa yang lebih bombastis tuntutannya. Tak sedikit para penonton yang tertawa geli sambil menggelengkan kepala.

“tidak mencerminkan mahasiswa banget. Masa demo kaya gitu. Katanya ingin perubahan. Tapi merekanya sendiri tidak bersatu. Harusnya mereka bicara baik-baik.” Kata Titih, mahasiswa Psikologi.

Petugas keamanan mondar-mandir memantau acara Dies Natalis dan demo. Seragam serba hitam. Wajah mereka serius. Sesekali mereka membakar rokok. yang lain terlihat tengah berbisik dengan sejumlah para petinggi kampus. Sisanya berjaga dengan posisi tegap.

Bukan hanya mahasiswa biasa yang menghadiri aksi ini. Terlihat beberapa ketua senat mahasiswa fakultas dan ketua dewan mahasiswa hadir di perayaan ulang tahun ini.[]

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda