Jumat, 29 Mei 2009

Celana Dalam

Entah dimulai dari mana, aku masih bingung, yang jelas, sekarang aku bangun jam tiga pagi. Mataku yang kanan susah untuk dibuka. Rasa sakit padahal udah hampir usai, tapi segerembolan belek masih menempel. Tapi aku yakin hari ini adalah hari terahirku menyandang predikat cowok bintitan.

Aku masih mikir. Sebelah mana aku harus mulai. Aku bakar dulu racun kecilku. The Jarum Cokelat. Dari dulu sampai sekarang ini racun tetep memakai logo Jarum. Karena kalau pake cap Linggis pasti namanya bukan The Jarum Cokelat, tapi The Linggis Cokelat. Dan mungkin juga di iklannya bukan Nidji, Padi, Gigi dan Nugi yang jadi artis. Kalo enggak grup band The Panas Dalam pasti Budi Anduk. Entahlah. Yang jelas sampai sekarang gak ada rokok yang namanya D’ Linggis Cokelat.

Di computer udah nunjukin jam tiga lebih empat puluh tiga menit. aku berniat menunda tulisanku sampai besok. Karena aku harus nerusin dulu sisa tidurku yang tadi udah kepotong oleh sesuatu.

Ya, ada sesuatu yang telah menyita tidurku malam ini. Sesuatu yang menyenangkan yang membuat celana dalam basah sampai tembus ke celana luar. Tapi sebenarnya sesuatu ini bukan hal yang harus dikonsumsi public. Tapi gak apa-apa, demi membuat tulisan ini lebih delicious, aku akan bagi-bagi sedikit tentang sesuatu itu.

Sesuatu itu adalah hal yang pasti dialami oleh kaum Adam kalo udah menginjak masa kedewasaannya. Sesuatu yang bisa membuat senyum-senyum sendiri kalo udah ngerasainnya. Sesuatu yang bisa dikatakan lucu, karena di dalam sesuatu itu para actor dan artisnya melakukan adegan-adegan yang mirip seperti di VCD terlarang atau file yang di hidden kan seseorang di komputernya.

Sesuatu itu adalah sebuah mimpi. Mimpi yang terjadi pada seorang cowok, yang setiap bulannya bisa sampai tiga kali pertemuan. Terkadang lebih. Mimpi itu tak kenal waktu. Bisa siang bisa juga malam.

Ada yang unik dalam mimpiku tadi. Aku mimpi dengan seseorang wanita. Yang aku kenal pula. Di mimpi itu, pemeran wanita yang aku kenal tadi melakukan pemaksaan. Kekerasan terhadap cowok. Si pemeran wanita tersebut, dalam mimpiku berani membuatku sampai terdiam dan tak berdaya. Preeeet.

Di mimpi itu tak berlangsung lama. Sekitar tujuh menitan. Abis itu aku langsung terbangun. Benar-benar terbangun. Terbangun dalam berbagai konteks.

Computer masih brang bring brong dengan lagu gak karuan. Kayaknya ini lagu hasil pilihan Godi. Aku mengangkat badan dan keluar dari kasur butut itu. Kasur yang sekaligus di jadikan kampas untuk melukis pulau oleh penghuni Suaka. Sekarang udah ada ribuan pulau di kasur itu. Kasur warisan Wicaksono. Dia orang jawa yang mulai betah berkecimpung di Sunda. Entah bener-bener betah atau paksaan kuliah. Yang jelas dia udah mulai menempuh semeseter degradasi.

Di kursi luar, ada sesosok mahluk yang di bungkus dengan sebuah sleeping bag. Awalnya aku nyangka dia Mahluk yang langka, gak taunya, di kursi itu, Godi lagi Molor alias bobo. Tidurnya pulas, kaya bangkai. Dasar bangke. Kayaknya kalo UIN ada yang ngebom juga pasti Godi gak bakal terbangun dari tidurnya. Caduuuuuuk.

Celana dalam masih basah dan lengket. Aku langsung buka dan menggantinya dengan celana pendek. Kebetulan aku bawa celana serep. Sekarang, dengan tanpa celana dalam, aku duduk di depan computer. Masih memikirkan dari mana aku harus mulai menulis. Padahal dari tadi siang banyak hal yang bisa ditulis. Tapi kayaknya sampai satu jam di computer, aku gak menemukannya juga.

Dari pada pusing, mending aku kembali lagi tidur. Lagian besok pagi aku harus latian band. Aku harus ke Cipacing, bertemu teman-teman. Mudah-mudahan Desi jemput aku ke Suaka. Hmmmm…. Ngantuk euy. Aku tidur lagi ah. Pasti besok pagi celana dalamku udah kering.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

isi komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda